Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Pertahanan Segitiga ala Italia

26 Juni 2016   06:52 Diperbarui: 27 Juni 2016   07:07 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang menarik dari pertandingan antara Belgia lawan Italia, jadul sih, tapi menarik lantaran mereka bakal diuji triangle offense ala Spanyol. Seperti yang udah kita tau, Itali terkenil sama permainan bertahannya, itulah karakter mereka. Terkesan bertahan dengan segala cara, sangat dalam, dan berusaha menang cara untung-untungan lewat serangan balik. Tapi sepak bola Italia, timnasnya, nggak selalu begono, mungkin iya kalok tim kecil, tapi Italia juga dikenal dengan dengan pressing game, mengadopsi total football, menekan, terus bergerak, ngerebut bola, bertarung sejak dari tengah, terus bergerak, dibarengin ama serangan cepat dan tajam. Gaya serangan yang bukan cuma teori, tapi benar-benar diterapkan oleh Arrigo Sacchi, setidaknya pernah, salah satu inspirasi terbesar Conte. Bahkan Conte sempat menirukan taktik yang pernah diteriakan Sacchi saat melatih timnas Italia di tahun 1994 diagonally, move, cover....   Taktik ala total football itu menuai kesuksesan, di Milan, lantaran Sacchi memang menyelipkan beberapa aktor total football di antara kokohnya tembok cattenacio. Itu kan Sacchi, nah klo Conte bijimana?

Kali ini Italia memang terkesan kembali memainkan gaya mereka, gaya bertahan sedehana, sesederhana motto mereka “prima non prenderle” Prioritas utama kami adalah nggak kebobolan, dan emang gitu kan, dengan ciri khas umpan panjang ke pemaen sayap. Itu kata John Foot dalam bukunya  A History of Italian Football (2006).

Kesan Catennacio makin berasa dengan sekumpulan pemain yang dibawa Conte. Walaupun tercatat Cuma memajang lima bek, hampir semua gelandang yang Itali fasih bertahan. Marco Parolo, Stefano Sturaro, Thiago Motta dikenal sebagai gelandang bertahan. Penyerang sayap Emanuelle Giaccherini, Allesandro Florenzi, bahkan Stephen El Shaarawy tanpa segan memotong aliran bola dari lawan, jika memang ada dekat kaki mereka. Bukan total Football apa coba? Mereka juga fasih mundur ke belakang bukan jika diperlukan, tapi mereka emang biasa maenin peran itu di klub masing-masing.

Terkesan bertahan total, tapi Conte kagak gitu-gitu amat. Doi kagak parkir bes layaknya sebagian besar pertandingan yang kita saksikan sejauh ini. Conte maenin sepakbola bertahannya dengan bergaya. Ah masak?

sumber masih sama
sumber masih sama
Saat menikmati foto ini, nggak perlu ahli sepakbola tingkat dehwa untuk menebak taktik Conte. Bukan pemberi bola tapi malah penerimanya yang terkepung. Ngebikin Witsel  kesulitan ngereasiin peluang. Dua siaga mengapit. Satu lagi siap ngedeket sekiranya target buruannya lolos. Ketika bola berhasil direbut pun, penyusun serangan kagak mati kutu lantatan tiga sprinter berlari saling berdekatan, peluang mencetak gol, secara teori, jadi lebih beragam, 

sami mawon
sami mawon
Coba deh liat gol pertama Italia, bukan dari sisi umpan Bonucci-nya, tapi dari beragamnya peluang mencetak gol, cuman dari umpan Bonucci. Terlepas dari kelengahan Alderweireld, banyaknya pilihan penerima umpan, ngasih banyak pilihan terjadinya peluang, walaupun jujur, mungkin nggak sebanyak Barcelona atau timnas Spanyol. Boleh aja segitiga utamanya terlihat cuman atu (utama ya hiji doang mas), tapi coba liat di sekeliling mereka.  

Dipinjem dari channel Live Cricket
Dipinjem dari channel Live Cricket
Terlihat segitiga baru yang bisa bikin lawan mati angin buat merebut Bola, lantaran segitiga ternyata bukan hanya satu, pemain yang datang belakangan, bergerak, langsung membentuk segitiga baru. Menarik rasanya kalok melihat kedua segitiga ini beradu. Jika triangle offense membuat serangan Spanyol jadi susah ditebak, triangle defense Italia membuat pemain jadi sulit bergerak.  Terlebih Spanyol tak lah sama dengan Belgia (nah ini baru pas koreksinya).

i.guim.co.uk
i.guim.co.uk
Kevin de Bruyne ma Eden Hazard emang terkenal berteknik tinggi. Tapi mereka masih kalah mental dan fantasi dari Iniesta, Umpan-umpan ajaibnya terbukti udah mengakali para pemain yang mau antri, tanda tangan sih mending ini mah ngerebut bola. Klo secara matematis  lima aja bisa, apalagi cuman tiga. Tapi itali tetep itali. Meski nggak saya jagokan dari kapan taon, mereka bisa aja lebih mampu dari itu, lebih mampu dari yang saya duga malah.

Meski nggak canggung menjemput bola, Florenzi, Parolo, atau Giaccherini lebih dikenal dengan gaya menyerangnya ketimbang potensi tersembunyi mereka, potensi yang coba digali dari Conte untuk Euro kali ini. Bukan cuman potensi bertahan, tapi keluwesan mereka bermain dari berbagai posisi. Mungkin klo bukan karena gol pertama Italia, kita mungkin lupa klo pelatih timnas italia sebelumnya menempatkan Giaccherini jadi bek kiri.

Ngeliat komposisi dan potensi yang ada, Itali mungkin memikat kalok di atas kertas, tapi entah di atas lapangan. Dengan pemain yang ada, Conte pasti bisa maenin sepak bola menyerang, bukan di atas kertas tapi di lapangan, memainkan apa yang dipelajarinya dari Sacchi, dengan mencari sosok petarung sejati mirip Ancelotti, pemain berkemampuan biasa tapi dipercaya sebagai jangkar, tukang bebersih, bisa Motta atau malah De Rossi. Karena merekalah, Itali bisa tiba-tiba tampil menyerang, mungkin aja nanti, kan mereka punya potensi. Klo mo dikata sih, sejauh ini sih, permainan Italia ngebosenin dan nggak memikat untuk dilat. Itu kata saya (lha kan saya yang nulis), tapi klo boleh jujur, seenggaknya untuk Itali kali ini, mereka punya apa yang dicari bukan penikmat, tapi pelaku total football, tim yang justru sering kaga menang karena permainan indahnya.

Total Football means that a player in attack can play in defence – only that he can do this, that is all.

Mereka punya penyerang yang emang fasih bertahan, coba deh tanyak Barry Hulshoff, karena emang Hulshoff yang bilang. Tapi sebelum nanyak ama yang bersangkutan, boleh dong nanyak siapa Barry Hulshoff. Nah kalok yang ntu bang Ito nyang lebih paam.

By the way, biasa, makasih buat masukan, saran, ma editannya buat admin (kalok diedit) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun