Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Tanaman Anti Radiasi Nuklir Ternyata Ada di Sekitar Kita

18 Mei 2011   07:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:30 6013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagian kita tentulah paham bahaya paparan radiasi nuklir.  Masyarakat Bulgaria yang wilayahnya dekat dengan Ukraina, contohnya, baru melihat dampak negatif radiasi tragedi Chernobyl sekitar 15 tahun setelah kejadian. Sebagian mereka konon terkena kanker payudara, tiroid serta paru-paru. Kanker ini konon disebabkan oleh unsur cesium yang diserap tanah saat unsur tersebut ikut menguap bersama awan hujan beberapa saat setelah ledakan terjadi.

[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="reaktor chernobyl"][/caption]

Untuk mengurangi dampak paparan radiasi, pemerintah Ukraina pada saat itu langsung menanam Bunga Matahari. Tanaman ini konon mampu menyerap kandungan uranium and stronium-90, yang jadi biang keladi mutasi genetik pada tubuh manusia. Upaya pemulihan ini oleh Dr. Ilya Raskin, seorang ahli bioteknologi dari Rutgers University, disebut phytoremediation.

[caption id="" align="alignleft" width="346" caption="Dr. Ilya Raskin"]

[/caption]

Tidak hanya bunga matahari, jagung, tembakau, sesawi India dan bahkan cannabis (marijuana) terbukti mampu menyerap unsur krom, timah, tembaga, dan nikel yang terkontaminasi radiasi dari dalam tanah. Untuk itulah masyarakat Ukraina disarankan menanam tanaman tersebut dikebunnya, selain untuk memenuhi kebutuhan pangan tentunya.

Upaya ini kemudian ditiru oleh pemerintah jepang. Melalui Menteri Pertambangan dan Energi, pemerintah Jepang mengatakan bahwa mereka berencana menanam bunga matahari dan rapeseed (masak Benih Pemerkosa mau dibudidayain hehehehehehe) untuk menyerap kontaminasi cesium yang ada dalam tanah akibat radiasi nuklir reaktor Fukushima. Mereka mengambil benih bunga dari Thailand mengingat Negara inilah produsen terbesar bunga matahari.

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Bunga Matahari "]

[/caption]

Nantinya sekitar 300 kilogram benih bunga akan ditanam di sekolah-sekolah serta radius 30 km seputaran zona bahaya reaktor Fukushima. Diharapkan bunga matahari tersebut dapat menyerap unsur cesium yang terkandung dalam tanah. Untuk mencegah tersebarnya kandungan cesium pada melalui udara,Pemerintah Jepang lebih memilih untuk menjadikan hasil panenan sebagai kompos dengan bantuan bakteri aerob daripada membakarnya.

[caption id="" align="alignright" width="264" caption="tradscantia berubah warna "]

[/caption]

Sebenarnya pemakaian tanaman dalam bidang antiradiasi bukan hal baru, khususnya di Jepang. Dalam buku No nukes: everyone's guide to nuclear power oleh Anna Gyorgy (1979), disebutkan bahwa bunga spiderwort sudah ditanam disekitar reaktor Hamoka (1976) untuk mendeteksi radiasi nuklir sejak awal pembangunannya. Bunga ungu ini akan segera berubah warna menjadi merah muda ketika daerah disekitar reaktor terpapar radiasi.

Ternyata bumi tak hanya diam saja saat terjadi bencana. Sabda alam akan selalu memberitahu kita dengan cara-Nya. Semoga negeri matahari terbit dapat lekas terbebas dari paparan radiasi entah lewat bunga matahari atau cara apapun yang baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun