Mohon tunggu...
Candika Putri R
Candika Putri R Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Berproses

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Pola Budaya Masyarakat Jerman

13 Oktober 2020   16:47 Diperbarui: 13 Oktober 2020   16:51 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tribuntravel.com

Jerman merupakan salah satu negara maju di dunia. Status tersebut tentunya tidak hanya dibentuk oleh pemerintah tetapi juga oleh warga atau penduduk negara Jerman. Kerjasama antara pemerintah dan warganya juga melahirkan pola budaya negara Jerman. 

Beberapa diantaranya adalah usaha pemerintah Jerman memfasilitasi pendidikan setiap anak dengan tujuan mempertahankan tingginya taraf hidup masyarakat, agar tetap berada dalam khidupan yang layak dan stabil. 

Tidak hanya itu, pemerintah Jerman juga mengadakan program - program yang bersifat sosial untuk pemuda - pemuda di Jerman (Hidayat,2014). Adanya kesamaan atau kesetaraan program yang diberlakukan untuk pemuda - pemuda di Jerman menggambarkan budaya dengan pengaruh kekuasaan yang rendah (low power distance). 

Dimana menurut Hofstede (dalam Samovar,2017) masyarakat (pemerintah dan rakyat) dengan pengaruh kekuasaan rendah berusaha untuk menyamakan distribusi kekuasaan dan meminimalisir ketimpangan dalam masyarakat. 

Budaya tersebut dinilai budaya yang positif oleh pemerintah dan masyarakat Jerman. Hal ini dapat dilihat dari orang tua yang mendukung program - program tersebut. Mereka cenderung mendorong anaknya untuk berpartisipasi dalam program yang diadakan pemerintah sejak usia muda. 

Hasilnya, pemuda di Jerman memulai kehidupan sosialnya sejak usia remaja. Identitas pemuda tersebut juga cenderung lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya dibandingkan keluarga atau orang tua. 

Hal ini membawa dampak yang cukup positif untuk pemuda - pemuda Jerman. Adanya dorongan untuk hidup dengan mandiri sejak remaja melatih pemuda - pemuda tersebut untuk belajar mengambil keputusan, menerima konsekuensi, dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Nilai - nilai tersebut tentunya sangat berguna untuk masa depan. Hal ini mencerminkan orientasi waktu masyarakat Jerman adalah future orientation (berorientasi ke masa depan). 

Future orientation menurut Kluckhohn dan Strodtbeck (dalam Samovar,2017) memiliki ciri berupa tekanan pada masa muda, pengambil kesempatan, perubahan, dan optimisme. 

Pemuda Jerman yang mengambil kesempatan yang disediakan oleh pemerintah Jerman dan mengikuti dorongan dari orang tua dan masyarakat setempat untuk belajar mandiri sejak usia muda menggambarkan ciri khas dari future orientation. 

Mereka memilih untuk memanfaatkan waktu yang ada saat ini, bersusah payah sejak dini, untuk membangun masa depan yang baik dan cerah. Akan tetapi, tidak berarti mereka tidak menghargai masa lalu atau masa kini. 

Adanya future orientation dalam budaya mereka menggambarkan masyarakat Jerman memiliki pola pikir jangka panjang dan wawasan yang cukup luas. Tidak hanya future orientation, masyarakat jerman juga memiliki pola budaya yang individualis. 

Menurut Hofstede (dalam Samovar,2017), budaya individualis merupakan budaya yang menekankan kemandirian. Budaya individualis memandang setiap individu sebagai unit terpenting dalam masyarakat sehingga masyarakat yang menganut budaya ini cenderung lebih menghargai hak dan privasi dibandingkan keputusan atau pertimbangan kelompok. 

Budaya individualis juga menghargai setiap prestasi serta keunikan dari individu. Dorongan untuk mandiri sejak dini serta fasilitas pendidikan setiap individu atau anak yang dijamin oleh pemerintah menjadi gambaran bahwa pola budaya masyarakat Jerman adalah individualis. 

Belajar dari pola budaya Jerman, beberapa hal positif yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari - hari untuk meningkatkan taraf hidup, seperti kemandirian, tanggung jawab, memanfaatkan kesempatan yang ada dengan sebaik baiknya untuk membangun masa depan. 

Walaupun di Indonesia menganut budaya yang cenderung kolektivis, tetapi, kita dapat menerapkan beberapa nilai dari budaya individualis seperti, menghargai keunikan dan prestasi individu. 

Daftar Pustaka

Samovar, L.A. (2017). Communication Between Cultures Ninth Edition. Boston: Cengage Learning.

Hidayat, Dasrun. (2014). Social and Cultural Identity Pendekatan Face Negotation Theory dan Public Relations Multikulturalism Negara Jerman-China dan Indonesia. Jurnal ASPIKOM, 2(2), 115-126.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun