Foto dengan tangan membentuk huruf V sudah menjadi gaya yang sangat umum. Isyarat tangan tersebut memiliki banyak arti loh. Umumnya, arti isyarat tangan tersebut melambangkan angka dua.
Di Amerika, isyarat tangan tersebut melambangkan perdamaian, di Asia isyarat tangan tersebut merupakan gaya yang digunakan untuk berfoto.
Sedangkan di beberapa negara, seperti Inggris, Selandia Baru, Australia, Irlandia, dan Afrika Selatan, isyarat tangan membentuk huruf V dengan punggung tangan menghadap keluar diartikan sebagai penghinaan.
Perbedaan arti dari isyarat tangan tersebut disebabkan oleh perbedaan persepsi yang disebabkan oleh perbedaan budaya, berikut penjelasannya.
Persepsi merupakan proses seseorang mengubah peristiwa eksternal yang dialaminya menjadi pemahaman internal yang bermakna.
Persepsi merupakan mekanisme utama yang digunakan setiap individu untuk mengembangkan pandangan mereka terhadap dunia (Samovar, 2017).
Menurut Alder & Gunderson (dalam Samovar, 2017), ada lima karakteristik persepsi yaitu, selektif, dipelajari, ditentukan oleh budaya, konsisten, dan tidak akurat.
Dalam kegiatan sehari - hari, kita mendapatkan banyak informasi dari hal - hal yang kita lakukan. Pada saat yang sama kita memilih informasi mana yang akan kita perhatikan.
Dari hal - hal yang kita lakukan (alami) juga kita mempelajari sesuatu, ada nilai, keyakinan yang dipengaruhi oleh budaya dari lingkungan sekitar kita, yang kemudian kita wujudkan dalam perilaku kita.
Persepsi setiap individu juga tidak mudah digoyahkan atau diubah karena didalamnya terdapat nilai dan keyakinannya.
Seperti arti isyarat tangan diatas, saat orang amerika mengartikan hal tersebut sebagai lambang perdamaian, maka mereka akan konsisten dengan arti isyarat tangan tersebut.
Akan tetapi, persepsi juga tidak akurat karena persepsi seseorang dipengaruhi oleh budayanya yang menjadikan persepsi tersebut bersifat subjektif. Perbedaan persepsi dalam komunikasi antar budaya dapat menyebabkan konflik.
Oleh karena itu, sebelum berkomunikasi dengan orang lain, khususnya dengan orang yang budaya yang berbeda, kita harus mempelajari dan memahami budaya lawan bicara kita.
Selain itu, kita harus menghormati dan menghargai budaya kita dan budaya yang dibawa oleh lawan bicara kita.
Apabila kita saling memahami budaya kita dan lawan bicara kita, maka kemungkinan untuk terjadinya konflik akan semakin kecil.Â
Contohnya, pada saat girlband Red Velvet dari Korea Selatan diberi kesempatan untuk tampil di Korea Utara.
Ada koreografi dalam lagu Bad Boy yang diubah oleh mereka. Pada awalnya, koreografi yang dibawakan oleh Seulgi pada awal lagu harusnya berpura - pura seperti menembakkan senjata.
Koreografi tersebut mungkin tidak memiliki makna yang sangat dalam untuk masyarakat di Korea Selatan.
Akan tetapi, koreografi tersebut dapat memiliki makna yang sangat dalam bagi audiens di Korea Utara.
Maka dari itu, mereka mengubah koreografinya pada saat tampil di Korea Utara.
Hal ini merupakan salah satu usaha  yang dilakukan oleh Red Velvet agar tidak menimbulkan kontroversi atau konflik antara dua negara tersebut.Â
Dari contoh foto,video dan penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa setiap orang dapat memiliki persepsi yang berbeda - beda tergantung nilai dan keyakinan yang melekat pada dirinya dan budaya yang ada disekitarnya.
Saat berkomunikasi dengan orang lain, kita harus menghormati, menghargai, dan dengan demikian kita dapat memahami budaya kita dan lawan bicara kita, sehingga kita dapat meminimalisir konflik yang terjadi karena perbedaan budaya.Â
Daftar PustakaÂ
Samovar. 2017. Communication Between Cultures. Boston: Cengage Learning US.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H