Mohon tunggu...
Candra Alimin
Candra Alimin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Si Pendekar Pena yang Humoris

12 Februari 2019   15:43 Diperbarui: 12 Februari 2019   15:57 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat Peringatan Hari Pers Nasional tanggal 9 Februari 2019,Saya teringat salah satu tokoh nasional yang dijuluki si Pendekar pena,yaitu H.Mahbub Djunaidi.Sebagian orang akan asing mendengar satu tokoh ini,saya pun tahu tokoh ini di bangku perkuliahan.Akan tetapi perlu diketahui dan menjadi edukasi bagi kita semua karena beliau adalah aktifis yang dikenal lewat tulisan-tulisannya yang satir dan jenaka itu lahir pada 27 Juli 1933 di Jakarta. Putra dari seorang tokoh NU, K.H. Muhammad Djunaidi yang pernah menjabat sebagai anggota DPR RI hasil dari pemilu tahun 1955. Pria asli betawi ini mengawali kegemaran menulisnya sejak ia duduk di bangku sekolah.Ia adalah ketua umum pertama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Ia sampai pernah didapuk menjadi redaktur majalah sekolah berkat produktifitasnya dalam menulis. Sejak itulah ia terus menulis. Banyak karya yang telah Mahbub hasilkan, seperti sajak, cerpen, esai, dll. Tulisan-tulisannya juga banyak dimuat di majalah Siasat, Mimbar Indonesia, Kisah, Roman dan Star Weekly. Ciri khas yang dimilikinya:Nasionalis,religius,idealis,kritis,satire dan humoris.

Julukan "Pendekar Pena" yang disematkan kepada beliau memang pantas adanya. Beliau sudah aktif atau bahkan cinta terhadap bidang penulisan sudah sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama hingga akhir hayatnya. Ke-aktif-an beliau mengisi rubrik mingguan "Asal Usul, Koran Kompas", yang bertajuk kritik terhadap sosil-politik-budaya dengan gaya humor tahun 1986 sampai empat bulan sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, men-justifikasi pernyataannya, bahwa "Saya akan menulis dan terus menulis hingga saya tak mampu lagi menulis." (Baca: Mahbub Djunaidi Sang Pendekar Pena).

Salah satu kritik Bung Mahbub terhadap orde baru di rubrik "Asal Usul", ialah perihal perihal tanda tahanan politik di kolom Kartu Tanda Penduduk (rakyat yang bebas dari penjara akibat dianggap menggangu stabilitas negara atau "diklaim" sebagai antek-komunis) dengan diberi judul "Eks Tapol, terbit pada tanggal 28 Desember 1993", berikut kalimat singkatnya:

"TEKADNYA sudah bulat jadi pegawai Pemda. Siapa tahu nasib baik bisa jadi Gubernur, atau Mendagri.

Tapi kerikil ada di mana-mana. Karena kawan-kawan sekerja mengkritiknya berbini anak tapol, ia berpikir keras. Walau ia tahu persis bininya tak tahu apa-apa, tak tahu apakah Karl Marx itu sebangsa manusia atau jenis mobil, maka diajaknya sang bini bicara baik-baik. Demi kelancaran tugas, sebaiknya kita bererai saja..."

Satir dalam penulisan bisa dibilang itu akibat dari sifat humor; tanggung jawab; dan kejujuran, Bung Mahbub. Salah satu kejadian dikisahkan oleh Ridwan Saidi mengambarkan sifat Bung Mahbub tersebut, sebagai berikut:

"Ia tidak pernah menganggap enteng apa yang menjadi hak orang lain. Walau hari menunjukkan oukul 23.00 malam, Mahbub mengetuk-ngetuk rumah sahabatnya sekedar untuk mengantarkan lusinan botol kecap titipan. Seraya membuka pintu saya berbasi-basi, "kok malam-malam begini bela-belain mengantar kecap." Dengan enteng Mahbub menjawab, "kalu gue kagak anter sekarang, gue khawatir lu kagak bisa tidur mikirn kecap."

Humor adalah cara Mahbub untuk mengajak seseorang masuk kedalam suatu masalah, karena salah satu kebiasaan dari orang Indonesia adalah suka tertawa, maka Mahbub membuat humor sebagai alat untuk menggelitik sekaligus mengkritik pemerintah yang lalai. Sebagaimana yang pernah dikatakan Gus Dur, "dengan humor kita dapat sejenak melupakan kesulitan hidup."

Itulah sedikit ulasan mengenai sisi humor Bung Mahbub, si pendekar pena. Terakhir, tulisan ini hadir dinikmati pembaca sekalian sekaligus mengenang beliau. Tulisan ini hadir pada peringatan  hari pers nasional.Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun