Konten porno GIF WhatsApp berbahayakah untuk anak-anak? Ya anak-anak, mereka yg usianya kurang dari delapan belas tahun. Jawabannya tentulah berbahaya. Konten porno pastilah membawa dampak terutama bagi anak-anak. Tak perlu dibahas lebih lanjut, sepertinya sudah jadi kesepakatan umum. Pantaslah YLKI dan wakil rakyat tereak agar konten berbau porno segera dienyahkan dari daftar file GIF di WhatsApp. Grup WA pun dibanjiri oleh brodkes tentang konten ini. Tak ayal, ibu-ibu pun kelimpungan, mengingat bahayanya konten berbau porno bagi anak-anaknya.
Tapi benarkah sedemikian bahayanya? Iseng-iseng saya coba ikuti langkah yang diarahkan oleh brodes-brodkes di WA grup, dengan menggunakan fasilitas search di konten GIF dengan keyword "porn". Memang ketemu konten seperti yg digambarkan. Namun tidak seseram yg dibayangkan, durasinya cuma 2 detik. Namun tentunya ini tidak bisa jadi pembenaran adanya konten porno mengingat WA bisa diakses oleh siapa saja, tua dan muda. WhatsApp seyogyanya segera menghapus file-file GIF yg ditengarai berbau porno itu sehingga bersih.
Namun demikian, sadarkah kita bahwa bahaya pornografi dari konten WA tersebut amat sangat tidak berarti dibanding dengan akses aplikasi berbagi video Youtube, misalnya. Atau tidak sebanding dengan betapa canggihnya mesin pencari Google, dalam menampilkan gambar-gambar hasill pencarian. Cukup ketikkan kata kunci "Anak SMA" saja misalnya, alamat anda bisa tersesat jauh tak tau jalan pulang. Tapi kenyataanya, tidak ada yg tereak dan membagi dengan gegap gempita seperti layaknya brodkes konten porno di WA yg beberapa hari ini merebak.Â
Bagaimana mungkin kita kuatir dengan konten GIF di WA, tapi pada saat bersamaan membiarkan anaknya berselancar di belantara video di YouTube? Bagaimana mungkin kita mencari cara bagaimana bisa memblok konten GIF di WA agar anak anda di rumah tidak dapat mengaksesnya, tapi halaman Google Search ada di lapis paling depan antar muka telepon pintar kita? Yang dengan sekali sentuh tombol mikrofon, ucap asal-asalan, mampu melakukan pencarian foto, video dan lain sebagainya. Sadarkah bahwa ucapan yg asal-asalan, kemudian diterjemahkan sendiri oleh Google, bisa membawa anda ke konten-konten yg lebih jorok, vulgar dan lebih parah dari WA?Â
Terus kadang kita lupa, bahwa mungkin anak-anak kita di rumah sudah punya gawainya sendiri, baik ponsel pintar, tablet atau komputer dan akses internet dengan mudah didapat dimana saja. Â Bahkan jika WA harus ditutup pun, bahaya konten porno selalu mengintai mereka 24 jam!Â
Loh, konten porno di Youtube kan dilarang dan di blok oleh aturan internal You tube?Â
Duh, lupa ya, batasan pantas dan tidak pantas ditonton oleh anak-anak berbeda-beda di masing-masing budaya, sementara You Tube bersifat global. Ciuman di budaya sebelah bisa berbeda arti di budaya kita. Selain itu, para produsen konten ini selalu mencari cara untuk memunggah konten seperti ini dengan berbagai cara. Hari ini di blok, besok lusa mereka cari cara lain. Jadi setiap hari bakal ketemu. Coba saja cek dengan kata kunci seperti di atas.
Konten berbau porno di WA harus dihilangkan, itu tidak dapat ditawar. Tapi sekali lagi, berhubungan dengan dunia internet, sama resikonya dengan pergaulan di luar rumah. Anak anda bisa terpapar apa saja dengan aplikasi apa saja. Jadi fokuslah pada membentengi anak anda dengan pengetahuan dan kepercayaan diri agar tidak ikut mengakses atau mencari konten-konten seperti itu (untuk hal ini pasti banyak pakar yang memahaminya dan bisa membantu).Â
Ketika dikatakan anak-anak, kadang yg teringat kita itu adalah yg masih balita, yg masih merengek minta pinjam ponsel pintar untuk main gim. Anak-anak anda yg balita atau yg masih awal usia SD mungkin bisa diakali dengan blok konten porno di ponsel pintar anda. Tapi bagaimana yg usia 12 tahun ke atas? Bahkan mereka punya gawai sendiri lengkap dibiayai dengan kuota internetnya, dan bahkan mereka tidur bersamanya. Mampukah anda mengebloknya?Â
Oke jadi begini, ribut-ribut soal konten porno WA itu sebenarnya tak ada guna tanpa kita menyadari betapa bahayanya terpapar dunia internet tanpa perlindungan diri. Bahkan bukan cuma soal pornografi, tapi soal lain seperti radikalisme, konsumerisme dan lain-lain. Satu lagi, selain WA, banyak aplikasi lain seperti Twitter, Facebook, Line, Instagram, dan lain-lain yang bisa jadi pintu masuk ke pornografi. Jadi, kembali, bentengnya itu ada di dalam otak anak anda, yang dipupuk melalui pendidikan akhlak dan nilai-nilai agama serta kasih sayang anda. Jadi jangan andalkan "Aplikasi" untuk menghalangi atau melindungi keluarga anda dari konten porno. Andalkan diri anda dan keluarga anda.
Wassalam