Manusia adalah makhluk yang memiliki otak berkemampuan tinggi dan nafsu yang berperan dalam setiap tindakan yang dilakukan. Terkadang, manusia memiliki pikiran yang lebih besar daripada nafsunya, maupun sebaliknya. Mendominasi hal positif, bahkan sebaliknya, berbeda jauh dengan hewan. Akan tetapi, ada dimana manusia berperilaku tidak manusiawi, sehingga pada saat itulah manusia terlihat sama dengan hewan.Â
    Akhir-akhir ini, negara kita sering mendapati masalah kekerasan, pelecehan, dan pembunuhan. Masalah yang bernuansa mengerikan ini bagaikan air sungai yang berada di hulu dan terus mengalir sampai ke hilir. Meskipun telah sampai di hilir, pada tujuan akhir, air ini masih mengalami penguapan dan pada akhirnya air ini berada di hulu kembali. Apa maksudnya? Konflik yang terjadi di negara Indonesia ini tidak lagi dapat dihitung. Selesainya masalah bukan berarti tidak ada lagi masalah yang terjadi. Masalah yang terselesaikan menjadikan wadah pengembangan masalah lain. Masalah akan terus terjadi jika tidak ada rasa manusiawi dalam diri setiap orang.
    Kita sebagai manusia harus memiliki rasa manusiawi, misalnya memerlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan sesuai kodratnya. Kita harus memiliki perasaan yang membawa otak dan nafsu kita pada rasa kasih sayang, menghormati, menghargai, dan hal-hal yang positif. Contohnya, para wanita pasti memiliki daya tarik tersendiri. Pria yang tidak memiliki rasa manusiawi tentunya tidak bisa mengontrol otak dan nafsunya ke jalan yang benar. Pria tersebut pasti sudah berpikiran untuk melakukan hal yang tidak sepantasnya. Wanita memang lebih lemah daripada pria, tetapi bukan berarti kehormatan wanita diinjak dan dimusnahkan begitu saja.Â
    Manusia yang manusiawi juga mendahulukan akalnya daripada kesenangannya. Orang yang memiliki rasa manusiawi pasti telah memikirkan matang-matang resiko yang didapatkannya setelah ia melakukan sesuatu. Masa depan yang membuat ia lebih terarah dan keuntungan positif bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya telah direncanakan dengan begitu rapinya. Lain halnya dengan kelakuan para pemuda gangster yang hanya memikirkan kesenangannya. Seperti yang kita ketahui bahwa sekarang di Jakarta terdapat sekelompok pemuda yang membacok setiap pengendara yang lewat pada tengah malam secara random dengan maksud merekrut anggota baru. Dimana hati para gangster tersebut? Mereka terlalu berbahagia dengan kehidupan yang sementara di dunia dan melupakan kehidupan yang abadi di akhirat.Â
    Kita sebagai makhluk yang mulia seharusnya dapat memiliki perilaku yang berintegritas tinggi dan bisa mengendalikan nafsu. Memang manusia tidak ada yang sempurna, tapi jika kita telah mengetahui hal itu apakah kita tidak mau memerbaiki diri? Tidak jarang kita melakukan kesalahan, tapi kita harus tahu batas letak kesalahan kita. Manusia adalah objek terpenting yang bisa mengubah dunia kapan pun dan dimana pun. Untuk itu, ketika kita memiliki masalah sekecil apa pun harus diselesaikan dengan sifat humanisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H