Mohon tunggu...
Ilham S
Ilham S Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Suka tidur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melawan Kemapanan Massa, Kita Perlu Belajar dari Punk

21 Desember 2023   02:04 Diperbarui: 21 Desember 2023   02:27 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah yang disinggung oleh Soren Kierkegaard ini terbukti dengan hadirnya punk di tengah-tengah masyarakat mapan. Masyarakat yang mapan ini cenderung mengabaikan subjetivitas dengan kerap menentukan mana yang lazim dan mana yang tidak lazim. Kita bisa melihat bagaimana punk mengekspresikan diri dengan berpenampilan yang mungkin bagi kita tidak lazim.

Rambut disusun runcing ke atas (mohawk), memakai jaket kulit serta celana jeans ketat penuh sobekan, dan badan penuh tattoo sekaligus tindik. Dengan gaya penampilan seperti ini, punk melawan pikiran-pikiran massa yang sudah dimapankan yang menganggap negatif penampilan orang lain yang berbeda.

Sejatinya, manusia merupakan makhluk yang kompleks yang eksistensinya tidak pernah cukup untuk dapat dilihat melalui satu sudut pandang saja, Barangkali dalam hal ini, merupakan suatu kesempatan bagi kita untuk belajar dari punk bahwa nyatanya manusia juga tak dapat direduksi eksistensinya. Ia adalah pemberontak dari segala aturan, norma, ataupun budaya mapan yang telah menjadi suatu keniscayaan sebagai kompas moral massa.

Dari hal tersebut, agaknya merupakan suatu hal yang mungkin jika kita kembali mempertanyakan kembali keberadaan diri kita: merefleksikan dan menegaskan kembali bahwa apakah hidup yang sejatinya sedang kita jalani ini merupakan suatu yang kita inginkan? Atau hanya merupakan sebuah keterpaksaan karena orang lain mengharuskannya?

Bacaan lanjut: 

G, Widya. 2010. Punk: Ideologi yang Salah Dipahami. Jogjakarta: Garasi House of Book.

Hassan, Fuad. 2005. Berkenalan Dengan Eksistensialisme. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

O'Hara, Craig. 1995. The Philosophy of punk: more than noise!!. Edinburgh: AK Press.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun