Mohon tunggu...
Amelia Monica
Amelia Monica Mohon Tunggu... Wiraswasta - Social Practitioner

Social Practitioner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Uang Jemputan Ajo Pariaman, Dijadikan Ajang Penolakan Cinta Tak di Restui

18 November 2023   22:47 Diperbarui: 19 November 2023   10:07 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
id.pngtree.com/minang

Kabar duka yang ber-seliweran belakangan ini maraknya kasus bunuh diri kaum muda. Seperti yang sama-sama kita lihat di sosial media, kabar duka ini menghebohkan masyarakat ranah minang. Mirisss sekali, duka ini terjadi karena pitih panjampuik ajo piaman (uang jemputan uda pariaman) yang meminta uang jemputan sebanyak 500 juta. Hal ini menimbulkan cuitan netizen terutama gadis minang yang berceloteh "mending duit segitu buka usaha, banyak RM Padangnya", "banyak jantan diminang kolai ndk surang ajo piaman se do", "kok maha na panjampuik ajo, bialah urang jawa se den cari lai", begitu cuitan netizen yang beredar di Tiktok yang sembari dijadikan konten dengan kasusnya bundir ini.

Sebagai orang Minang kabau, jujur saya pribadi sering ditanyakan soal "beli laki-laki" ini, ketika saya menginjak tanah perantauan yang pertanyaan ini tentu ditodong ke saya oleh orang non-minang. Jujur secara pribadi saya bukan asli orang Pariaman, tetapi hal yang bisa saya luruskan ke mereka, "bukan uang beli laki-laki ya bro/sis, tapi itu adat yang besok nya ada timbal balik nya ke perempuan, ibaratnya kamu ngasih hari ini, besok akan kembali lagi dengan hal serupa ataupun lebih ke kamu, ke anak-anakmu, pokoknya yang saya lihat ketika bersuami dengan orang Pariaman, ketika anaknya sunat, akikah, nikah dan acara apapun itu, pihak dari keluarga ayahnya pasti memberikan sesuatu apakah itu emas atau dalam bentuk lainnya. Jadi hal ini bukan membeli laki-laki, tapi apa ya istilahnya, sambil searcing google, ketemu lah istilahnya "Uang Bajapuik", "Ohh gitu ya, unik juga ya adat di Minangkabau", sahut manusia yang tertarik dengan uniknya adat di Minangkabau terkait beli laki-laki tadi.

UANG BAJAPUIK, apakah benar uang itu untuk membeli laki-laki di Pariaman? 

Pariaman adalah salah satu kota yang berada di provinsi Sumatera Barat. Istilah uang bajapuik tidak banyak dikenali oleh orang-orang diluar suku Minangkabau, jika mengenali pun, konotasinya pun kedengaran negatif yakni membeli laki-laki. Sebelum ada yang keliru terkait case ini, mari sama-sama kita coba untuk meluruskannya.

Minangkabau terdiri dari banyak suku dan adat istiadat. Setiap kabupaten/kota di Minangkabau memiliki adat yang berbeda-beda pula. Lain ladang lain ilalang, lai  lubuk lain ikannya begitu kata pepatah. Maksud dari pepatah ini adalah, setiap daerah memiliki adat istiadat yang berbeda, satu aturan di suatu daerah bisa berbeda dengan aturan di daerah lain.

Tradisi pernikahan di Minangkabau memang memiliki keunikannya masing-masing, termasuk kota Pariaman ini. Pariaman terkenal unik ketika hendak melakukan pernikahan. Adat nya beda dari daerah-daerah yang ada di Indonesia. Biasanya, pihak laki-laki yang menyediakan sejumlah uang untuk istrinya, tetapi di Pariaman malah sebaliknya. Ada istilah "uang bajapuik". Uang bajapuik ini hanya teruntuk laki-laki asli Pariaman. Perlu ditekankan kembali bahwa di Minangkabau menganut sistem kekerabatan yang menarik dari garis keturunan ibu. Sistem kekerabatan ini sering kali dikenal dengan istilah Matrilineal.

Kembali ke uang japuik tadi, uang japuik ini hanya berlaku ketika si laki-laki, Ibunya asli orang Pariaman, bukan  Bapak nya yang asli Pariaman. Ketika Ibu si laki-laki bukan orang Pariaman, uang japuik ini tidak berlaku. Ingat ya!!!

Uang bajapuik adalah tradisi yang berupa penyerahan atau simbol penjemputan pihak laki-laki dengan sejumlah uang atau benda yang diserahkan oleh pihak keluarga perempuan kepada pihak keluarga laki-laki sebelum akad. Nantinya uang tersebut, akan dikembalikan kepada pengantin perempuan ketika akad sudah dilangsungkan. Pihak laki-laki akan mengembalikan dalam bentuk emas dengan nilai yang dilebihkan kepada perempuan. Pengembalian ini dinamakan uang agiah jalang.  

Besarnya uang japuik tergantung dari profesi, tingkat pendidikan dan status sosialnya laki-laki tersebut di dalam masyarakat. Semakin tinggi karir, pendidikan atau status sosial seseorang laki-laki semakin tinggi pula uang japuiknya.

Mengapa sih harus ada uang japuik ?

Uang japuik ini tentunya memiliki makna, tidak mungkin sesuatu itu harus dilakukan tanpa adanya sesuatu yang ingin dicapai. Uang japuik ini bermakna untuk saling menghargai antara pihak laki-laki dan pihak perempuan. Pihak laki-laki merasa dihargai dengan adanya uang japuik dari pihak perempuan, dan pihak perempuan juga merasa dihargai oleh uang/emas yang diberikan oleh pihak laki-laki ketika akad sudah berlangsung. Tradisi bajapuik ini juga turut menyertakan tokoh adat seperti datuak dan niniak mamak untuk menentukan besaran uang japuik. Uang japuik ini adalah bentuk harga diri bagi perempuan. Di Pariaman, jika seseorang perempuan yang memberi kepada laki-laki, maka harga diri perempuan lebih besar daripada laki-laki.

Jadi, teruntuk kaum laki-laki Minang yang bukan orang Pariaman, jangan sekali-sekali meminta uang jemputan ataupun uang hilang, karena pertanggung jawabannya menggunakan adat Pariaman tidak gampang. Karena pihak laki-laki harus menyediakan emas sebagai balasan uang dari pihak perempuan. Karena adat orang Pariaman, ketika pihak perempuan membawa uang jemputan, dan selepas akad perempuan ke rumah mertua akan mendapatkan emas ataupun uang, bukan hanya dari mertua saja, tetapi juga dari om dan tante dari pihak laki-laki. Jadi tidak ada istilah di Pariaman, "diberi tapi tidak mau memberi" karena ketika memberi uang 500 juta akan mendapatkan emas lebih dari 500 juta jika dirupiahkan.

Harapan penulis kepada pembaca dengan adanya penjelasan diatas, bisa lebih memahami tradisi membeli laki-laki di Pariaman, jadi adat uang bajapuik ajo piaman ini, tidak ada istilah keuntungan sendiri. Kalau tidak ada pemberian ke pihak perempuan itu namanya jual anak!

Cintaku Terhalang Restu Orang Tuamu!

Kembali ke kasus bunuh diri gadis Pariaman yang beredar di sosial media, menurut opini penulis faktor kejadian bundir yang dilakukan perempuan beriniasial S ini bukan hanya dari segi uang japuik 500 juta, tetapi ada faktor lain yang akhirnya S mengakhiri hidupnya dengan cara yang tidak di ridhoi Tuhan.  Padahal dari cerita yang beredar, tahap mereka sudah sampai pre-wedding. Menurut penulis kalau sudah sampai ditahap itu, dan informasinya, pada Bulan Januari akan dilangsungkan acara pernikahan mereka. Tidak mungkin pihak laki-laki atau calon laki-lakinya tidak membantu sedikitpun karena mereka berdua bukan dijodohkan, tapi suka sama suka dan sudah menjalani kisah asmara yang disebut kebanyakan orang pacaran. Bisa jadi kasus ini, perempuan kekuarangan support dari pihaknya sendiri, yang mengakibatkan otaknya sudah tidak mampu lagi menampung segala omongan ataupun tekanan yang ditekankan ke dia. 

Semoga dengan kejadian ini, bisa kita ambil hikmahnya, support dari keluarga memang benar dibutuhkan, tetapi jikalau keluarga tidak bisa mensupport dalam bentuk barang, bisa disupport dalam bentuk doa, semoga perjalanan anak cucu mereka berjalan sebagaimana mestinya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun