Mohon tunggu...
Amelia Monica
Amelia Monica Mohon Tunggu... Wiraswasta - Social Practitioner

Social Practitioner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Uang Jemputan Ajo Pariaman, Dijadikan Ajang Penolakan Cinta Tak di Restui

18 November 2023   22:47 Diperbarui: 19 November 2023   10:07 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Uang japuik ini tentunya memiliki makna, tidak mungkin sesuatu itu harus dilakukan tanpa adanya sesuatu yang ingin dicapai. Uang japuik ini bermakna untuk saling menghargai antara pihak laki-laki dan pihak perempuan. Pihak laki-laki merasa dihargai dengan adanya uang japuik dari pihak perempuan, dan pihak perempuan juga merasa dihargai oleh uang/emas yang diberikan oleh pihak laki-laki ketika akad sudah berlangsung. Tradisi bajapuik ini juga turut menyertakan tokoh adat seperti datuak dan niniak mamak untuk menentukan besaran uang japuik. Uang japuik ini adalah bentuk harga diri bagi perempuan. Di Pariaman, jika seseorang perempuan yang memberi kepada laki-laki, maka harga diri perempuan lebih besar daripada laki-laki.

Jadi, teruntuk kaum laki-laki Minang yang bukan orang Pariaman, jangan sekali-sekali meminta uang jemputan ataupun uang hilang, karena pertanggung jawabannya menggunakan adat Pariaman tidak gampang. Karena pihak laki-laki harus menyediakan emas sebagai balasan uang dari pihak perempuan. Karena adat orang Pariaman, ketika pihak perempuan membawa uang jemputan, dan selepas akad perempuan ke rumah mertua akan mendapatkan emas ataupun uang, bukan hanya dari mertua saja, tetapi juga dari om dan tante dari pihak laki-laki. Jadi tidak ada istilah di Pariaman, "diberi tapi tidak mau memberi" karena ketika memberi uang 500 juta akan mendapatkan emas lebih dari 500 juta jika dirupiahkan.

Harapan penulis kepada pembaca dengan adanya penjelasan diatas, bisa lebih memahami tradisi membeli laki-laki di Pariaman, jadi adat uang bajapuik ajo piaman ini, tidak ada istilah keuntungan sendiri. Kalau tidak ada pemberian ke pihak perempuan itu namanya jual anak!

Cintaku Terhalang Restu Orang Tuamu!

Kembali ke kasus bunuh diri gadis Pariaman yang beredar di sosial media, menurut opini penulis faktor kejadian bundir yang dilakukan perempuan beriniasial S ini bukan hanya dari segi uang japuik 500 juta, tetapi ada faktor lain yang akhirnya S mengakhiri hidupnya dengan cara yang tidak di ridhoi Tuhan.  Padahal dari cerita yang beredar, tahap mereka sudah sampai pre-wedding. Menurut penulis kalau sudah sampai ditahap itu, dan informasinya, pada Bulan Januari akan dilangsungkan acara pernikahan mereka. Tidak mungkin pihak laki-laki atau calon laki-lakinya tidak membantu sedikitpun karena mereka berdua bukan dijodohkan, tapi suka sama suka dan sudah menjalani kisah asmara yang disebut kebanyakan orang pacaran. Bisa jadi kasus ini, perempuan kekuarangan support dari pihaknya sendiri, yang mengakibatkan otaknya sudah tidak mampu lagi menampung segala omongan ataupun tekanan yang ditekankan ke dia. 

Semoga dengan kejadian ini, bisa kita ambil hikmahnya, support dari keluarga memang benar dibutuhkan, tetapi jikalau keluarga tidak bisa mensupport dalam bentuk barang, bisa disupport dalam bentuk doa, semoga perjalanan anak cucu mereka berjalan sebagaimana mestinya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun