Usai Didepak Adidas, Karier Kanye West Tamat?

KOMPASIANA.com - Kanye West atau Ye paling dibicarakan akhir-akhir ini. Di mana ada Kanye pasti ada cerita kontroversial dan skandalnya.

Belum lama ini, Kanye West membuat konflik dengan GAP. Lalu diikuti dengan memakai t-shirt yang bertuliskan 'White Lives Matter' dan berlanjut dengan postingannya di akun Instagram miliknya, @kanyewest.

Kanye West juga mem-bully salah satu editor majalah Vogue hingga melakukan ujaran kebencian terhadap kaum Yahudi.

Tidak hanya itu saja, Kanye West juga terlibat pertengkaran dengan sejumlah artis, yakni Hailey Bieber, Taylor Swift, hingga Kim Kardashian.

Kontroversial-kontroversial inilah yang membuat Kanye West dikecam banyak orang.

Sejumlah pihak sponsor dan mitra juga akhirnya memecat Kanye West usai sejumlah skandal dan kontroversinya terjadi.

Adidas memutuskan untuk mengakhiri produksi produk bermerek Yeezy dan menghentikan semua pembayaran kepada rapper Ye.

"Adidas tidak menoleransi antisemitisme dan segala bentuk ujaran kebencian lainnya," demikian pernyataan merek Jerman tersebut.

Langkah ini dinilai akan memberikan dampak negatif pada laba bersih Adidas karena kontrak kerjanya bersama Ye baru berakhir tahun 2026.

Benar saja setelah dipecat Adidas, Kanye West terdepak dari daftar miliarder versi Forbes.

Pada Rabu, 26 Oktober 2022 pukul 22.30 WIB, kekayaan Kanye sebesar 400 juta dolar dan berada di posisi 2.420. Kekayaannya berasal dari musik dan brand sneakers Yeezy.

Selain Adidas, Balenciaga dan Vogue juga mengakhiri kontrak dengan Kanye West. Sang pemimpin redaksi Vogue, Anna Wintour juga tidak mau bekerja sama sekali dengan penyanyi peraih 24 Grammys.

Perilakunya juga membuat agensi popular Hollywood Creative Artists Agency (CAA) tidak bekerja sama lagi dengan Ye.

Sama halnya dengan MRC Studio dengan membatalkan film documenter Kanye West.

Rapper berusia 45 tahun ini juga diboikot Instagram dan Twitter karena ulahnya yang kontroversial.

Apakah ini jadi pertanda karier Kanye West tamat? Apa dia bakal terkena cancel culture dari masyarakat ke depannya?