kita lahir melalui komentar. Dan komentar pertama yang paling nyaring terdengar adalah Nama. Begitu selanjutnya, kelahiran Adam pun tak terlewati atas komentar-komentar Tuhan, dan dorongan akan lahirnya Hawa tak pelak karena komentar Adam yang terlanjur kesepian di wilayah serba ada.
Komentar adalah candu yang melaluinya dunia menjadi mungkin, kebijakan tampak masuk akal dan segala upaya jadi tak pernah sudah.
Aku pikir komentar adalah hal paling alami bagi si peternak ular dalam perut. Untung media sosial ku hanya bahasa visual, aku tak dapat membayangkan jika semua komentar bersuara betapa bisingnya dunia ini.
Dan sekarang aku hanya berada di tanah-tanah tak terkomentari lagi, setidaknya bagi ku. Sebuah dunia pra yang darinya bahasa hanya kepemilikan si bisu dan dunia hanya keindahan si buta.
oh..betapa adilnya Tuhan ini ucap si buta bergumam, aku tak dapat membayangkan jika Tuhan dapat dilihat, mungkin aku benar-benar menjadi manusia yang paling merugi karena tak diberi kesempatan melihat. (2/11/17)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H