Mohon tunggu...
Camarmerah
Camarmerah Mohon Tunggu... -

Penutur omong kosong.\r\nhttp://sampahperadaban.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berkabung Nasional

28 September 2012   03:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:34 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Gadis kecil berumur tiga tahun mati karena sakit muntaber. Satu kali dibawa ke puskesmas, setelah itu ayahnya tidak mampu lagi membayar empat ribu rupiah sebagai biayanya. Duda beranak dua itu memang hanya seorang pemulung botol plastik dan kardus bekas di Jakarta Pusat. Jangankan pemakaman, ia bahkan tak mampu membeli kain kafan. Sambil menuntun anak laki-lakinya yang berusia enam tahun, ia gendong mayat sang gadis dalam sarung kemerahan ke stasiun Tebet, demi harapan bantuan pemakaman yang layak dari kaumnya di Kampung Kramat, Bogor. Ketika ada yang bertanya mengenai anaknya, “saya jawab anak saya sudah mati dan akan dibawa ke Bogor.” Hasilnya, empat jam ia diinterogasi di Polsek Tebet setelah digelandang seperti pesakitan. Tanpa bantuan apapun dari Polsek maupun RSCM tempat di mana tadinya akan dilakukan otopsi, ia gendong lagi mayat gadis kecilnya untuk akhirnya mendapat bantuan dari sesama kaum melarat.

Seorang pencopet tertangkap polisi. "Saya punya dua anak, yang satu meninggal. Yang satunya lagi minum susunya kuat. Saya tidak punya uang untuk beli susu." Lelaki lulusan SMP ini sebenarnya dulu pedagang kaki lima, berjualan pakaian di pinggiran Pasar Baru, sebelumnya juga pernah menjadi pedagang kain keliling, di kampung-kampung dan di kota. Tetapi berkali-kali pula dagangannya digusur Tramtib. "Apa gunanya saya tutup-tutupi. Saya memang salah karena nyopet, tetapi saya lakukan itu karena enggak ada pilihan. Anak saya perlu susu, istri perlu makan, sedangkan jualan saya digusur terus."

Bidik dan sorot kamera menerangi ruangan. Buruh bangunan berusia muda yang berusaha menjambret itu tertangkap pada percobaan pertamanya. Menjadi bulan-bulanan belasan orang, bibir, mata, dan sekujur badannya luka-lebam. Setelah itu diseret ke kantor polisi, diinterogasi dan kembali menjadi bulan-bulanan, untuk selanjutnya masuk ke dalam sel. Ia menjambret demi biaya aborsi sang kekasih yang hamil.

DPRD DKI Jakarta membuat Rancangan Undang-Undang (RUU) yang berisi larangan memberi uang kepada pengemis dan membeli dari pedagang asongan. Denda seratus ribu hingga dua puluh juta rupiah, atau kurungan sepuluh hari hingga enam puluh hari bagi yang melanggarnya.

3

Kekuasaan Soeharto merentang sepanjang tiga puluh dua tahun. Sepanjang ia berkuasa (sebagian pihak mengatakan bahkan sejak sebelum kekuasaannya), ia adalah pelaku korupsi. Bersama anak-anaknya, cucu-cucunya, keluarganya, bawahannya, pejabat-pejabatnya, sohib-sohibnya, sobat-sobatnya, teman-temannya, kenalan-kenalannya, dan tidak lupa: istrinya.

Yayasan ini dan itu, dana ini dan itu, perusahaan ini dan itu, perkebunan ini dan itu, pertambangan ini dan itu, proyek ini dan itu, penyelundupan ini dan itu, monopoli ini dan itu, perdagangan ini dan itu, mark up ini dan itu, impor ini dan itu, penebangan hutan yang ini dan yang itu, juga reboisasi yang ini dan yang itu; semuanya mesti ditilep, semuanya tidak boleh utuh, tidak ada yang jujur, pasti dikorup, tidak mungkin tidak, sudah niscaya, puji tuhan: ALHAMDULILAH!

Soeharto, sang penguasa Orde Baru itu, bertakhta pada tahun 1966 setelah kejatuhan presiden pertama republik ini, Sukarno. Untuk biaya pendirian Orde Barunya itu dikorbankan sekitar lima ratus ribu hingga dua juta jiwa manusia, yang dibantai tanpa pengadilan, dengan kesalahan utama adalah karena "diduga komunis". Tanpa pengadilan, baru "diduga", dan "diduga komunis"! Beberapa juta lainnya mengalami berbagai macam perlakuan; diperkosa, disekap, dibuang, disiksa, dijadikan pekerja paksa, dan (lagi-lagi) dibantai di berbagai tempat, terutama di pulau Buru. Cerita-cerita seputar penyiksaan para jenderal, tarian Gerwani, dan berbagai macam KEBOHONGAN lainnya disebarkan melalui koran Angkatan Bersenjata. Diskriminasi terhadap keluarga-keluarga korban, secara resmi dan tak resmi berlangsung jauh setelah ia sendiri turun takhta pada 1998.

Biaya lainnya yang sama-sama tak terbayarkan adalah penghancuran penghentian revolusi ketika ia belum lagi selesai, pembunuhan terhadap karakter, jati diri, dan semangat bangsa yang sedang tumbuh. Ratusan juta jiwa yang baru mulai dapat duduk tegak dan belajar berbangga itu dijadikan kembali bermental tempe dan kacung dan budak, menyeretnya kembali ke dalam kolonialisme, yang mesti termanggut-manggut membungkuk di hadapan kekuatan-kekuatan modal asing.

Maka perlahan-lahan ia jual segalanya kepada kekuatan modal-modal asing tersebut. Gas bumi di Aceh, emas di Papua dan di Sulawesi, juga perkebunan di mana-mana, minyak bumi di sini dan di situ, bahkan rakyatnya sendiri ia jual sebagai buruh-buruh murah demi memasok kebutuhan industri, atau dijual sebagai TKI ke luar negeri supaya pulang setelah diperkosa atau bahkan tinggal menjadi mayat. Rakyat, bumi bangsa ini, yang disebut-sebut sebagai "Ibu Pertiwi"; melalui kekuatan militernya ia paksa sang Ibu Pertiwi mengangkang lebar-lebar supaya dapat diperkosa habis-habisan oleh kekuatan modal. Hasilnya sebagian besar kembali kepada pemodal, sebagian kecil kepada pemerintah Jakarta (yang tidak lupa dikorupsi terlebih dahulu), dan secuil kecil untuk daerah asalnya.

Dan jika ada pemberontakan, atau sekadar kata tidak suka dari daerah asal tersebut, bedil yang akan berkata-kata. Darah berceceran nyawa melayang, di Aceh puluhan ribu orang mati, di Papua ribuan orang mati, diikuti pemerkosaan, penyiksaan, kebohongan-kebohongan yang disebar. Kebudayaan dirusak dan alam dihancurkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun