MEDIA sosial (medsos), kini dihebohkan dengan fenomena Om Telolet Om. Saking hebohnya, tagar “Om Telolet Om” menjadi trending topic dunia di Twitter selama dua hari berturut-turut: Selasa (20/12/2016) dan Rabu (21/12/2016). Luarbiasa!
Sejumlah pekerja showbiz dunia ikutan menyebut “Om Telolet Om” dalam akun medsos-nya, seperti: Zayn Malik, Gigi Hadid, DJ Snake, Zeed, Oliver Heldens, The Chainsmokers, Steve Aoki, Martin Garrix , DJ Firebeatz, beberapa celeb Korea, dll.
Dari dunia sepakbola, raksasa Spanyol, Real Madrid, dalam akun FB-nya mengucap 3 kata populer “Om Telolet Om” dan kata “Hello Indonesia”. Dari tanah Inggris, klub asal London utara, Tottenham Hotspur, menulis frasa itu dalam akunnya. Hal yang sama pula dilakukan oleh klub papan atas Italia, FC Internazionale Milan.
Dari dunia MotoGP, adalah Marc Márquez yang juga mentweet Om Telolet Om. Márquez pun menambahkan emoticon bus, musik, dan orang tertawa, disertai tagar Indonesia.
Panggung pemerintahan pun tak ketinggalan. Frasa ini memenuhi akun presiden terpilih AS Donald Trump, Barack Obama, Joko Widodo, dan Hillary Clinton.
Saking fenomenal, “Om Telolet Om” menjadi berita di situs billboard.com, dengan judul: Dance Music World Completely Confounded By Trending Indonesian Meme “Om Telolet Om”.
Bunyi khas klakson bus antarkota tersebut mulanya diburu anak-anak, belakangan ini. Menurut beberapa sumber, animo anak-anak yang setia menunggu bus-bus membunyikan suara khas klaksonnya, dimulai dari tanah kelahiran Pahlawan Nasional, Kartini, yaitu di Jepara. Anak-anak dan remaja berkumpul dan menanti lewatnya bus-bus besar. Ketika bus hendak melintas, anak-anak ini berteriak dan sambil mengangkat selembar kertas/karton/tripleks bertuliskan: “Om Telolet Om” artinya: “Om Bunyikan Klakson-nya Om”. Ya, Telolet itu lafal anak-anak untuk klakson berbunyi khas dari bus-bus tersebut. Bunyinya, ya terdengar seperti: Te..lo..let... Te..lo..let...
Sebenarnya, uniknya bunyi klakson bus lintas Jawa-Bali sudah ada sejak beberapa tahun silam, tetapi baru menjadi hits dan trending topic, ketika aksi anak-anak tersebut diposting/upload di medsos (FB,Twitter) dan kanal video youtube.com. Om Telolet Om, awalnya merupakan kebiasaan bus-bus antarkota/provinsi yang melintas di wilayah jalan-jalan pantura (pantai utara), Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Pada saat-saat tertentu, para sopir bus membunyikan klakson khasnya masing-masing. Sekadar info, klakson Telolet berharga lumayan mahal, dari kisaran 200 ribuan hingga sejuta. Semakin mahal, semakin keras dan bagus suaranya, serta terdapat beberapa pilihan bunyi.
Bunyi klakson Telolet memang bernada unik, bersuara keras dan panjang. Kadang, ada lagunya juga, seperti lagu: Naik Delman, Abang Tukang Bakso, Air (diobok-obok), dll. Keunikan itulah yang membuat anak-anak bahagia mendengarnya. Ternyata, di Indonesia, bagi anak-anak utamanya, bahagia itu sederhana. Cukup dengar bunyi klakson Telolet saja, itu sudah membuat fun dan batin bahagia.
Di sisi lain, melalui sebuah TV nasional, sejumlah staf Dishub tampak melakukan pemeriksaan bus-bus yang menggunakan klakson Telolet di terminal. Seorang staf, mengatakan dengan tegas bahwa penggunaan klaksonTelolet harus dihentikan. Alasannya, suara yang ditimbulkan oleh klakson ciptaan Miller Reese Hutchison (1908) tersebut, telah melebihi batas kebisingan. Pertanyaannya, kenapa baru sekarang pelarangan itu muncul? Dulu-dulu, kemana lo pada...?
Bagi saya, soal kerasnya bunyi klakson tersebut tidaklah terlalu penting untuk dipersoalkan. Toh, bus yang menggunakannya tidak membunyikan klaksonnya terus-menerus di tengah-tengah pemukiman padat warga. Bunyi khas Telolet hanya menggema di jalur antarkota/provinsi dan (mungkin) di jalan tol. Itu pun dilakukan sesekali saja. Jadi, jika bunyi khas itu tidak mendatangkan celaka, kenapa harus dilarang? Sejauh bunyi itu mencipta kebahagiaan bagi penikmatnya, kenapa harus dihentikan? Malah, seperti ide menteri perhubungan, dibikin saja "perlombaan bunyi Telolet yang unik". Setidaknya, itu membuat penjual dan perakit klakson semacam itu mendapatkan 'kesempatan' meraih limpahan rejeki yang halal - Begitulah cara ajaib Tuhan memberi rejeki.
Kembali ke soal pelarangan, kalau ada yang harus dilarang dari demam Telolet, hanyalah pada ulah sebagian penikmatnya yang sengaja menahan laju kendaraan di jalanan, demi untuk mendengar bunyi, ber-selfie dan bahkan berjoget - Itulah tugas polisi untuk menertibkan, pemerintah setempat yang menghimbau, dan kesadaran warga sendiri. Lagipula, ini hanyalah fenomena: sesaat ia muncul, tak lama ia pun berlalu, dan berganti lagi fenomena lain. So, let it be and enjoy!
Anyway, demam Om Telolet Om, adalah sesuatu yang dulu biasa saja dan sederhana, sekarang telah tercatat dalam sejarah dunia modern, sebagai salah satu ekspresi kebudayaan populer asal Indonesia, yang diledakkan via medsos. Ini Indonesia banget! Dan, kebahagiaan Telolet nan sederhana itu kini merambah dunia. Seolah, dipenghujung 2016 ini, dengan banyak cerita duka di tanah air dan seantero dunia, kebahagiaan datang dari Indonesia dengan caranya yang sangat sederhana: “OmTelolet Om”!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H