Sejak diresmikan pada 15 Agustus 1950, Seminari San Dominggo Hokeng sudah membuktikan dirinya sebagai lembaga pendidikan calon imam yang melahirkan imam, uskup dan awam yang berkarya di seluruh dunia dan menjadi pemimpin di tengah masyarakat. Output dari lembaga ini adalah pribadi-pribadi yang beriman, berkepribadian dan berilmu sejalan dengan visi seminari yang selalu digaungkan setiap pagi sebelum mengawali kegiatan pembelajaran di kelas. Tiga penekanan ini ('3 Ber') telah secara konsisten mempertahankan kualitas pendidikan Seminari Hokeng dibandingkan sekolah-sekolah lainnya.
"Dilarang nyontek dan kerjasama," demikian tegas Kepala Sekolah. Kejujuran ilmiah harus menjadi budaya yang perlu diintegrasikan dan ditingkatkan dalam pendidikan.
Para guru yang terdiri dari imam, frater dan bapak-ibu guru akan bertugas secara bergilir menjadi pengawas di ruang-ruang ujian. Dalam kesempatan amanat, Romo Kepala Sekolah juga menuntut guru untuk cermat dan jeli di tengah tugas kepengawasan. Berbagai bentuk tindak pelanggaran harus segera diusut dan dilaporkan kepada pihak sekolah agar mendapat tindakan penanganan yang tepat.
Sebagai pengawas, para guru mengikuti protokol dan tata tertib kepengawasan yang telah disepakati oleh pihak sekolah. Salah satu aturan melarang pengawas membawa alat komunikasi dan sejenisnya di dalam ruang ujian. Regulasi ini merupakan upaya preventif untuk mendorong konsentrasi pengawas dalam menjalankan tugasnya. Selain itu, regulasi ini membantu pihak pengawas agar tidak lengah menghadapi upaya-upaya kecurangan.
Ujian di hari pertama dimulai pukul 07.15 -- 12.45 WITA. Ada tiga mata pelajaran yang akan diujikan dalam sehari. Setiap mata pelajaran mendapat porsi waktu sebanyak 90 menit. Sekolah memberi jeda istirahat untuk setiap tahapnya agar meminimalisir keletihan siswa.
Sistim ujian di SMAS Seminari San Dominggo berbeda dengan sistim sekolah-sekolah lain. Sebagai upaya untuk mengurangi kecurangan, sekolah mengatur formasi tempat duduk untuk setiap ruang ujian. Dalam sebuah ruang ujian, terdapat sebagian kecil siswa dari setiap angkatan. Siswa dari kelas persiapan sampai kelas XII digabungkan dalam satu kelas dengan jarak dan formasi yang acak sesuai dengan nomor kartu ujian dan denah yang diberikan. Metode semacam ini membantu peserta ujian untuk fokus pada pekerjaannya dan mencegah kerjasama yang tidak perlu.
Di akhir amanatnya, Romo Kepala Sekolah juga turut memberikan semangat kepada para peserta ujian.
"Berjuanglah semaksimal mungkin agar mendapatkan hasil yang maksimal pula," demikian imbuh beliau mengakhiri sambutannya.
Usai apel bendera, para peserta didik dan pengawas sudah bersiaga di ruang ujian untuk melangsungkan ujian di hari pertama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H