Kami, siswa-siswi SMA Mahatma Gading mengikuti kegiatan studi kemasyarakatan ke Kota Anbarawa. Kami dititipkan di Dusun Kendal Ngisor. Bayangan yang diberikan oleh guru-guru adalah kami dititipkan di sebuah dusun yang terdiri dari puluhan rumah. Rumah yang akan kami tinggali sangatlah sederhana dan belum tentu memiliki kamar mandi. Dengan demikian beberapa murid tidak ingin mengikuti kegiatan ini.
Kami berangkat menggunakan bus , waktu yang kami tempuh seharusnya hanya 12 jam, namun terjadi hal yang tidak diinginkan, yaitu terjadi kerusakan di bagian mesin bus yang membuat kami harus menunggu kurang lebih 4 jam. Karena hal tersebut kami semua sudah merasa lelah dan malas untuk melanjutkan perjalanan. Tapi karena kita bersama teman-teman maka munculah suasana yang asik dan membuat kami lupa akan rasa lela.
Setibanya kami di Dusun Kendal Ngisor, kami bersalaman dengan seluruh warga dusun tersebut. Kemudia kami juga disambut dengan tarian adat mereka yaitu Tari Kontulan. Setelah itu kami diperkenalkan dengan "orang tua" yang sekolah akan titipkan kami. Saya dan Joshua dititipkan di keluarga Pak Daroni. Rumah milik Pak Daroni sangatlah sederhana bahkan belum beralaskan ubin.
Pak Daroni mempunya 1 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan. Mas Yanto adalah anak pertama Pak Daroni, ia sangat ramah dan gemar bercanda.
Sore hari kami diajak oleh Mas Yanto ke lapangan untuk melihat permainan voli. Karena sudah sore maka kami pun harus pulang. Setibanya di rumah kami langsung diajak makan oleh Ibu. Masakan Ibu selalu enak dan tidak pernah sedikit. Kami dipaksa untuk nambah dan makan banyak. Hari itu kami dibebaskan untuk bermain dan beristirahat
Keesokan harinya kami sudah mulai beraktivitas bersama orang tua.
Pak Daroni bekerja mencari kayu bakar untuk memasak dan memelihara hewan ternak. Pagi itu kami bangun jam 7 dan sudah disediakan sarapan. Ibu selalu membuatkan kami teh tubruk manis. Teman-teman ku juga datang mengunjungi rumahku untuk mencicipi teh buatan Ibu. Setiap jam ibu selalu menawarkan kami teh manis hangat. Inilah foto keluarga saya disana.
Keluarga yang sangat sederhana tetapi selalu bersyukur akan apa yang mereka punya. Bapak selalu berkata “makanlah yang banyak, orang yang makan banyak akan diberi rezeki yang banyak dan jangan pernah takut kehabisan uang untuk makan.” Bapak merupakan sosok orang yang santai dan jarang berbicara, tapi tak jarang juga ia bercanda dengan kami.
Kami mengadaan pasar murah, yaitu pasar dimana kami menjual pakaian layak pakai yang sudah kami kumpulkan di Jakarta. Harganya bervariasi mulai dari Rp.5.000,00 sampai Rp.25.000,00 . Warga pun terlihat senang membeli pakaian-pakaian tersebut. Uang hasil pasar murah akan diberikan untuk pembangunan desa tersebut.
Banyak hal yang kami sukai dari Dusun Kendal Ngisor, yaitu keluarga yang mau menerima kita, rumah dengan teman-teman saling berdekatan, udara yang dingin, tempat yang nyaman, masyarakat yang ramah dan sopan, pemandangan yang indah. Banyak hal yang kami tidak bisa lakukan di Jakarta, seperti panen padi, mencari kayu , memberi makan hewan ternak.