Mohon tunggu...
Calvin JordanSimanjuntak
Calvin JordanSimanjuntak Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Swasta D.I.Yogyakarta

Mahasiswa, D.I.Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Film

Yuk Berkenalan dengan Film Adaptasi Melalui "Imperfect: Karir, Cinta, dan Timbangan"

10 Desember 2021   15:30 Diperbarui: 10 Desember 2021   15:32 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah film adaptasi mungkin bukan hal baru bagi dalam film. Di Indonesia banyak sekali di rilis film adaptasi, baik dari platform wattpad maupun melalui novel. 

Fenomena adaptasi film dari karya tulis di Indonesia sudah ada sejak 1926 dan berkembang hingga kini. Film Imperfect : Karir, Cinta, & Timbangan (2019) yang disutradarai Ernest Prakasa menjadi salah satunya. 

Film yang mendapatkan rating 7.9/10 ini menjadi salah satu film adaptasi di Indonesia. Dilansir dari Okezone (2020), Film ini sendiri merupakan film adaptasi dari buku karya Meira yang berjudul Imperfect: A Journey to Self-Acceptance. Walaupun berangkat dari buku, Meira dan Ernest memberikan pandangan berbeda dalam film.

Melihat hal itu, sebenarnya apa yang dimaksud dengan film adaptasi? Mari kita bahas lebih lanjut mengenai film adaptasi.

Film Adaptasi

Dilihat melalui sejarah, film dan tradisi cetak memiliki usia berbeda. Teknologi dalam sinema yang relatif baru mampu menjadi tombak budaya naratif. Hal ini tidak bisa dari seni sastra.  Peran kedua bidang ini mampu mempengaruhi satu sama lain sehingga membuat banyak karya film berasal dari karya sastra. 

Disisi lain, fenomena karya film mengadaptasi karya sastra juga sebagai bentuk penghargaan dari pembuat film. McFarlane (dalam  Braudy & Cohen, 2009; 384) menyatakan bahwa, “Filmmakers’ reasons for this continuing phenomenon appear to move between the poles of crass commercialism and high-minded respect for literary works.”

Jika membahas mengenai film adaptasi, penonton kerap kali membandingkan cerita dalam buku dan film. Perbedaan yang ada dalam film adaptasi nampaknya perlu diperjelas bukanlah suatu yang salah.  

Ilustrasi Imajinasi/Fantasi (Sumber : Klikdokter.com)
Ilustrasi Imajinasi/Fantasi (Sumber : Klikdokter.com)

Christian Metz  (dalam Braudy & Cohen, 2009; 385), menyampaikan bahwa pembaca tidak akan menemukan film yang sesuai dengan dirinya. Hal ini dikarenakan film yang dinikmati merupakan hasil fantasi orang lain.

Pernyataan itu diperkuat oleh Bluestone mengenai adaptor bukan sekedar penerjemah. Bluestone berpendapat bahwa film dan novel memiliki dua medium berbeda yang membuat adanya kesenjangan dari bentuk yang diadaptasi. 

Karya sastra yang diangkat dalam film pun tidak sembarangan. Karya sastra yang diangkat menjadi sebuah film biasanya adalah karya yang populer. Pembuat film menggunakan kepopuleran karya itu untuk menarik banyak penonton. 

Film Imperfect 

Poster Film Imperfect (2019) (Sumber : Imdb.com)
Poster Film Imperfect (2019) (Sumber : Imdb.com)

Film Imperfect : Karir, Cinta, & Timbangan yang angkat isu body shaming menjadi film adaptasi di Indonesia yang juga dibuat dalam bentuk series. Seperti yang telah disinggung di awal, film Imperfect : Karir, Cinta, & Timbangan (2019) memiliki perbedaan dari buku. Dilansir dari JawaPos.com (2019), Meira membenarkan memang cukup banyak perubahan ceritanya.

Perubahan dilakukan pada tahapan hidup karakter utama dan perspektif gender. Meira dalam JawaPos (2020) menyatakan bahwa cerita besar dikembang Ernest dan dia terlibat dalam proses editing untuk memberikan perspektif dari perempuan.

Dari perspektif/ sudut pandang Meira dan Ernest memberikannya dari 2 sisi. Ernest memberikan sudut pandang laki-laki melalui karakter yang diperankan Reza, Meira memberikan sudut pandang perempuan melalui karakter yang diperankan Jessica.

Perbedaan tersebut merupakan gambaran dari pendapat Metz. Ia menyatakan bahwa film berbeda itu karena fantasi yang beragam. Dalam buku, hanya Meira yang memberikan imajinasi atau fantasinya. Sedangkan dalam film, Meira beserta Ernest turut andil dalam memberikan imajinasi.

Kesimpulan 

Sebagai film adaptasi tidak berarti memvisualkan segala sesuatu yang ada dalam Novel. Film dan Novel terkadang dibuat oleh orang yang berbeda, yang berarti memiliki imajinasi/fantasi berbeda. 

Keadaan itu bukanlah hal yang salah. Jika dilihat, Novel yang menjadi inspirasi adalah karya dan imajinasi dari Meira. Berbeda dengan film, Imperfect dibuat oleh dua orang yaitu Ernest dan Meira.

Para penonton pun bisa saja juga kecewa, karena apa yang mereka baca dan divisualkan melalui film tidak sesuai imajinasi. Tapi ingat film di buat oleh orang yang memiliki imajinasi berbeda dengan apa yang ditulis.

Daftar Pustaka

Ardianto, Deny Tri. (2014). Dari Novel ke Film : Kajian Teori Adaptasi sebagai Pendekatan dalam Penciptaan Film. Panggung, 24 (1).

Braudy, Leo & Cohen, Marshall. (2009). Film Theory & Criticism.

Imdb.com. Imperfect : Karir, Cinta, & Timbangan (2019). Dapat diakses dari Imdb

Jawapos.com (2019). Hadirkan 2 Perspektif, Film Imperfect Beda dari Bukunya. Dapat diakses dari Jawa Pos

Oktavianus, Evan. (2020). Film Imperfect Raih Penghargaan dari Asian Academy Creative Awards. Dapat diakses dari Okezone

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun