Di bulan februari, Kasus Binomo yang melibatkan ikon berinisial IK, mempopulerkan jargon Flexing yang diartikan bebas sebagai sikap suka pamer harta kekayaan di khalayak ramai.Â
Lepas dari mana asal hartanya, halal atau haram, nampaknya mereka para pelaku flexing benar-benar menjadi idola masyarakat terutama indonesia. Namun sayang aplikasi binomo yang berbasis binary option dikategorikan sebagai penipuan secara hukum, dan IK pun masuk bui.
Nah baru saja, di bulan ini lagi-lagi ancaman bui akibat Flexing nongol. Kali ini melibatkan masbro berinisial MD yang hobi Flexing dengan otomotif super mahal. Buntut dari kelakukannya mengeroyok dan menganiaya seorang remaja menggegerkan kementerian keuangan.Â
Pasalnya, perilaku brutal MD mengungkap gaya hidup hedonnya, yang berujung pada pertanyaan "darimana asal harta mewah tersebut?" Sungguh mengejutkan bahwa ayah dari MD yang berinisial RAT ternyata adalah salah seorang pejabat di Ditjen Pajak, yang notabene adalah bawahan langsung dari kementerian keuangan RI.
Satu persatu, terungkap oknum-oknum pejabat negara yang juga hobi flexing dengan harta tak wajar dalam antrean pemeriksaan. Kebanyakan generasi muda dan kaum milenial.
Serem ya...
Ngikutin kasus demi kasus bikin bapac teringat sama para human host Ultraman. Kalian pasti paham banget bahwa mereka, para human host Ultraman adalah orang-orang pilihan yang memiliki kekuatan ultra. Mereka mendadak menjadi makhluk terkuat di bumi, bahkan di semesta. Namun bedanya, mereka tidak pernah mau memamerkan kehebatannya di hadapan siapapun. Mereka merahasiakan identitas itu dengan sangat hati-hati.
Menariknya, menjadi human host Ultraman penuh perjuangan. Bukan hanya perjuangan melawan kaiju dan seijin, namun perjuangan yang tak kalah berat, untuk tidak menjadi pribadi yang suka pamer kekuatan dan jumawa.Â
Dalam kisah Spiderman, sangat terkenal kalimat bijak "With great power comes great responsibility" yang artinya kelebihan atau kekuasaan yang besar besar memerlukan tanggungjawab yang besar juga. Nampaknya setiap human host Ultraman sejak zaman mbah Hayata telah paham prinsip ini dan terus bergulir hingga era Reiwa.Â
Sikap-sikap arogan dan suka pamer hanya dapat diatasi dengan penguasaan diri dan film-film Ultraman selalu konsisten menyampaikan pesan moral ini. Para human host tetap menjadi dirinya dengan karakter yang kadang lugu dan kocak, sebagai jatidiri manusia seutuhnya. Identitas para human host hanya terungkap mendekati episod akhir, itupun dalam keadaan sungguh terpaksa.