Sebaliknya, Lipiah-lah yang harus kehilangan nyawa jika ia berpendirian teguh pada pilihannya. Pun, Lipiah tetap memilih mengorbankan diri agar Shinji bisa melanjutkan hidupnya. Ultraman mati agar manusia bisa hidup. Zoffy mengabulkannya dan demikianlah akhir Shin Ultraman yang cukup menggantung.
Banyak simbol-simbol aneh dalam film ini. Benarkah Shin Ultraman hanya sebuah hiburan bertema sci-fi?
Saya mencoba merenungkan kembali kisah Shin Ultraman yang penuh perspektif mistis atau boleh disebut dark fantasy.Â
Pertanyaan demi pertanyaan muncul di benak saya, mengapa Ultraman datang ke bumi saat bumi dalam kekacauan, seperti dewa dan nabi yang juga datang, ber-avatar untuk mengembalikan harmoni tatanan kehidupan? Mengapa Zarab menyebar fitnah seperti yang iblis lakukan pada manusia? Mengapa Mephilas terus mencobai membujuk Lipiah untuk bekerja sama demi kekuasaan semesta, juga seperti bagaimana iblis bekerja? Mengapa Zoffy ingin meleburkan kehidupan manusia seperti tuhan telah meluluhkan kehidupan seperti disampaikan keyakinan-keyakinan masa silam? Mengapa Lipiah harus menerobos memasuki tubuh Zetton yang disainnya menyerupai salib untuk menyelesaikan misinya? Mengapa perbincangan Zoffy dan Lipiah dalam alam serupa astral yang melampaui ruang dan waktu mirip seperti bagaimana kisah pewahyuan Bhagawadgita? Dan Mengapa akhirnya Lipiah memilih mati agar manusia bisa beroleh hidup? Seolah ia menebus nyawa manusia dengan nyawanya. Wow... dan tentunya masih banyak pertanyaan misteri yang tidak berhasil saya tangkap.
Saya merinding saat membacakan pertanyaan-pertanyaan ini sambil sebentar memikirkannya. Apakah Shin Ultraman adalah sebuah dakwah spiritual dalam kemasan modern? Apakah Shin Ultraman adalah sebuah gerakan untuk membangun kesadaran kehidupan yang lebih tinggi?
Jawabannya, bisa jadi.
Jean Baudrillard, yang disebut bapak Postmodern menyampaikan tesisnya tentang simulakra yang diterjemahkan bebas menjadi sebuah "kepura-puraan" berupa simbol, atau citra yang dibangun pada sebuah obyek dan memiliki sifat berbeda dari realitasnya. Simulakra adalah realitas tiruan yang tidak lagi mengacu pada realitas sesungguhnya, ada proses modifikasi atau manipulasi. Akan tetapi, realitas ini belum sepenuhnya sempurna dikatakan sebagai sebuah realitas yang benar-benar real. Karena, hubungan timbal baik/ interaktif belum terjadi. Atau kita bisa menyebutnya sebagai semi-realitas.
Saya memandang kisah dalam Shin Ultraman adalah sebuah simulakra. Kejadian-kejadiannya selaras dengan realitas, namun semuanya hanya fantasi fiksi. Pesan-pesan tersembunyi telah dimodifikasi dalam kemasan dark fantasy dan sci-fi. Pengajaran spiritual yang disampaikan secara modern, tanpa ceramah, tanpa menggurui, namun menginspirasi dan kadang kita terlarut di dalamnya, menganggap pesan yang disampaikan itu nyata dan relate dengan realitas.Â
Tak mengherankan, jika pesan penting dari president Tsuburaya Production adalah `To Deliver the Importance of "Courage", "Hope" and "Kindness" to the People Around the World. Artinya, mereka tetap konsisten untuk menyampaikan ketiga pesan ini di setiap produknya. Mungkin sebagian kita bisa menilai persuasi naratif dalam film ini sebagai sebuah kebenaran, mungkin sebagian kita juga menilai ini sebagai sebuah kesesatan. Mari kita pandang sebagai pengetahuan baru dengan pikiran terbuka, no debat karena tanggungan dan cicilan kredit masih berjalan dan lebih mendesak untuk dipikirkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H