Heboh, setelah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan pemerintah akan batasi jumlah pengunjung wisata Candi Borobudur. Rencananya wisatawan akan ditekan hingga 1.200 orang per hari dengan tiket naik senilai 750rb rupiah untuk wisatawan lokal. Worth ngga sih?
Tanggapan pro dan kontra terjadi. Khususnya masyarakat yang cenderung tidak menyetujuinya. Bagai makan buah simalakama. Masyarakat merasa dirugikan, hanya untuk melihat menikmati budaya koq harus bayar mahal. Bahkan disebut-sebut mendekati tarif Disneyland, walau sebenanya ini lebay sih, disneyland masih lebih mahal.
Di sisi lain, pemerintah melihat sudut pandangnya sebagai abdi negara yang wajib menjaga warisan adi luhung dari kerusakan. Terlalu padatnya pengunjung sangat sulit dikendalikan perilakunya seperti yang satu ini... So, satu-satunya cara adalah membatasi, baik dalam jumlah pengunjung dan tarif naik. Sebenarnya wisatawan tetap bisa menikmati tarif 50rb di pelataran Borobudur saja bahkan tarif siswa tetap 5rb rupiah.
Berandai-andai saja, jika wisatawan sangat tertib, tidak jahil, dan sangat menjaga Borobudur, mungkin respon dan wacana kenaikan tarif tidak perlu terjadi, kecuali pembatasan pengunjung untuk kenyamanan. Tepat sebalum Pandemi, saya berkesempatan ke Sea Life Park di Tokyo, tarif masuknya relatif murah, bahkan anak saya gratis.Â
Luar biasa suasananya dan saya membayangkan berapa besar biaya operasionalnya untuk merawat biota demikian. Saya benar merasanya nyaman, tidak crowded dan pengunjung lain relatif santun, tenang, dan menjaga aset disana. Sebagai catatan ini hanya tontonan hewan laut yang bukan warisan budaya reliji loh.
Saya percaya, isu terbesar dari wacana naiknya tarif naik Borobudur bukan pada isu keuangan. Jelas ini akan mengurangi omzet kunjungan. Namun, lebih pada kerinduan menjaga warisan luhur bangsa. Namun, satu hal yang menjadi pertimbangan penting, adalah apakah tarif 750rb itu worth dengan fasilitas atau value yang akan diterima pengunjung?Â
Apakah tarif tersebut hanya tarif untuk melihat-lihat saja? Saya pikir inilah yang perlu disiapkan dengan baik. bagaimana pengelola Borobudur dapat meng create value yang sepadan bahkan melebihi tarif naik?
Â
Bagaimana pengelola bisa menciptakan pengalaman pengunjung yang baik, melampaui pengalaman fisik atas kekaguman bangunan candi. Pengalaman yang lebih mengarah pada aspek emosional, batin, atau spiritual. Misalnya melalui aktivitas berbasis teknologi, pemandu yang mampu menceritakan dengan baik, gamifikasi, live-in, pertunjukan atraktif, yang ditutup dengan merchandising.