Mohon tunggu...
Calon Pujangga
Calon Pujangga Mohon Tunggu... Lainnya - Masih amatiran. Terima kasih sudah membaca dan berkunjung. :)

Calon Pujangga hobi menulis, membaca karya sastra dan berteater. Suka sama seni dan berwisata. Isinya kisah-kisah dan ragam konten lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Pernah Depresi?

16 Desember 2020   10:15 Diperbarui: 20 Desember 2020   22:53 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kredit : pexels.com

Aku sering menangis malam hari dibalik bantal. Nafsu makanku meningkat dan tidurku jauh lebih lama dari biasanya. Terutama ketika hari libur. Memandangi senja di atap rumahku, menangis, bercerita kepadanya perihal apa yang kualami selagi di sekolah. Aku pernah berencana untuk bunuh diri karena aku sudah tak tahan dengan situasi seperti ini. Aku selalu berpikir, tanggung, sedikit lagi selesai. Aku tak menyerah semudah itu. Bukankah aku masih memiliki mimpi untuk kuraih? Kan aku ingin kuliah di PTN impianku. Aku juga sempat daftar melalui jalur seleksi nasional. Aku memilih program studi yang pernah kupelajari, paling kutekuni dan selalu memperoleh nilai baik di SMA. Hingga aku berhasil melampauinya.

Aku sama sekali tidak pergi ke tenaga profesional (piskiater atau psikolog). Aku tidak tahu, sepertinya aku mengalami depresi pada masa itu. Berdasarkan apa yang aku baca di internet. Namun, ya aku tahu. Kita tak boleh mendiagnosis diri sendiri berdasarkan apa yang kita baca di internet. Jadi, aku tak terlalu larut di dalamnya. Disisi lain, aku ingin sekali ke profesional. Memastikan bagaimana kesehatan mentalku. Bercerita kepada mereka mengenai masalah yang menimpa diriku dan keluhan yang kualami. Masih tabu jika aku bercerita kepada orang tuaku. Aku takut mereka menganggapku gila dan aku selalu memasang wajah datar di kelas, dengan batin dan benak yang teriris-iris. Ketika aku berjumpa dengan teman dari kelas lain, aku tersenyum pada mereka saat mereka menyapaku. Aku banyak berdoa dan beribadah dalam sepertiga malamku. Tuhan memberikanku kekuatan untuk melaluinya. Aku melampiaskan semua unek-unek dengan menulis catatan harian dan beberapa karya sastra. Bahkan sampai sekarang masih kulakukan.

Aku mendapati namaku dan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) impianku, berwarna hijau. Ya! Dibalik semuanya, aku diterima di PTN impianku. Aku ingin membuktikan kepada mereka yang telah meremehkan dan mengucilkanku. Mereka banyak yang mengucapkan selamat kepadaku. Termasuk Nisa juga. Nisa menyimpan nomorku. Ia bertanya kepadaku “apakah aku merindukannya? Dan aku tak menjawabnya. Aku masih dirundung rasa traumaku. Begitu ya manusia? Ketika kamu berada di atas, maka banyak yang memberimu tepuk tangan dan ucapan selamat. Menganggap dirimu adalah teman mereka dan dirimu dibangga-banggakan oleh mereka. Namun, ketika kamu di bawah, mereka menjauhimu bahkan ada beberapa dari mereka yang mengejek, meremehkanmu. Banyak pelajaran hidup yang kupetik dari peristiwa traumatis ini. 

Aku belajar tentang kehilangan dan melepaskan. Tak begitu terasa pedih ketika aku merasakannya lagi. Aku semakin terbiasa kehilangan orang lain. Yang mana itu dapat membuat kita tak bergantung dan menanam lebih kebahagiaan pada orang lain. Sedih? Sudah pasti. Sakit hati dan sesak? Juga. Secukupnya saja. Aku pikir, jika terlalu berlalu dapat menyebabkan overthinking dan selamanya kita akan dirundung rasa takut. Melepaskan jika mereka benar-benar ingin pergi, menerima dan menjada ketika mereka masih tetap bersama.   

-TAMAT-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun