Mohon tunggu...
Bocah Angon
Bocah Angon Mohon Tunggu... -

Petualang Cinta Sejati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penguasa & Konglomerat Telanjang

2 Juni 2013   01:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:40 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam keheningan malam aku duduk termenung di teras rumah, kutatap langit yang penuh gemerlap bintang, kudengar suara jangkrik, suara anjing menggongong dan suara cecak yang kurasakan menemani ku di kesunyian malam ini. Aku ingat di sore hari tadi saat matahari hendak terbenam di ufuk barat yang nampak dalam penglihatan ku teramat sangat indah diantara awan-awan di langit yang senja. Lalu lalang masyarkat dengan beraneka jenis kendaraan sibuk dengan kegiatannya masing-masing terasa oleh ku sangat hidup,

Kemudian angan ku melayang menerawang jauh melintasi sawah-sawah, lembah-lembah, bukit-bukit, gunung-gunung, danau-danau, telaga-telaga, sungai-sungai yang mengalir air jernih menuju lautan luas yang kesemuanya itu menyimpan kekayaan hayati yang sangat luar biasa nilainya, baik nilai materinya, nilai keindahan, nilai spiritual maupun nilai religinya. Sungguh Allah SWT Tuhan YME telah memberikan anugerah dan amanah yang teramat sangat luar biasa di bumi ibu pertiwi ini, anugerah kenikmatan hidup yang wajib disyukuri bagi para penghuninya. Sungguh Tuhan telah menganugerahkan taman surga yang maha dahsyat di bumi ibu pertiwi ini.

Sejenak renungan ku terhenti karena mendengar suara gaduh dari rumah sebelah, nampaknya perang keluarga yaitu perang mulut antara suami dan istri sedang terjadi, buat ku memang itu suatu hal yang sudah biasa kulihat dan kudengar, namun apalah daya ku hanyalah orang kecil yang tidak bisa membantu dan memberikan solusi atas permasalahan mereka yang intinya adalah "uang, uang dan uang" karena mereka memang hanya masyarakat miskin yang bekerja dengan upah yang jauh dari cukup untuk kebutuhan hidupnya, sehingga buat ku pun itu sangat bisa dimaklumi terjadi, karena aku sendiri seringkali melihat bagaimana kedua orang tua ku bertengkar hanya masalah ekonomi.

Lamunan ku kembali menerawang ke seluruh sudut kehidupan masyarakat, kemudian aku pun bertanya pada diri sendiri, kenapa di bumi ibu pertiwi yang sangat kaya raya ini, yang menyimpan berbagai potensi dan fasilitas kenikmatan hidup yang maha dahsyat ini, masih teramat banyak warga masyarakat yang masih harus mengalami berbagai kesulitan, penderitaan dan kesengsaraan, masih teramat sangat banyak yang masih harus mengalami lapar dan dahaga? Aku pun bertanya kepada Tuhan, wahai Tuhan ku Yang Maha Kaya dan Maha Adil, kenapa semua ini terjadi, dimana letak keadilan Mu wahai Tuhan ku?

Angin pun berhembus menerpa wajah dan rambut ku, membuat ku terdiam dan tiba-tiba teringat pada masa dulu aku duduk di bangku SMP dimana pada saat itu dalam satu upacara pagi saya mendapatkan tugas untuk membaca Pembukaan UUD'45, dengan suara lantang aku mengumandangkannya tanpa membaca, karena memang pada saat itu sudah ada hapal diluar kepala. Bahkan satu pasal dari UUD'45 sampai dengan detik ini masih aku ingat, yaitu pasal 33 (3) yang dengan jelas dan tegas dinyatakan bahwa "Bumi dan air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat?"

Saya jadi berpikir, bukan kah dengan dasar itu seharusnya tidak ada alasan bagi negara (pemerintah) untuk tidak memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya kepada seluruh rakyatnya? Bukan kah dengan dasar itu seharusnya tidak ada seorang warga negara pun yang berhak untuk memiliki sebidang tanah dan air? Bukan kah dengan dasar itu seharusnya tidak ada kekayaan alam yang dieksploitasi kecuali untuk memberikan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat?

Lantas kenapa terjadi berbagai ketimpangan dan kesenjangan sosial yang sangat mencolok, dimana sebagian masyarakat memiliki beribu hektar tanah, berpuluh rumah mewah, beratus mobil mewah dan berbagai fasilitas kekayaan dan kemewahan yang sangat luar biasa nilainya bahkan bisa diwariskan kepada anak cucunya, sementara sebagian masyarakat yang lainnya harus menderita dan sengsara karena mengalami lapar dan dahaga, tidur beralas tikar butut bahkan koran bekas di kolong-kolong jembatan.

Bukan kah itu suatu bukti pengingkaran, pengkhianatan dan penyelewengan atas UUD'45 yang sangat jelas dan nyata? Kenapa hal tersebut dibiarkan terus terjadi, berlarut dan meregenerasi? Bukan kah itu sama artinya dengan menjajah saudara dan keluarganya sendiri, karena sesungguhnya kita semua adalah saudara, sama-sama memiliki orang tua sebagai pahlawan dan  pejuang yang telah berjuang dengan menumpahkan darah dan dengan merelakan nyawa lepas dari raganya demi terwujudnya negara dan bangsa Indonesia ini?

Ternyata ini lah jawaban dari Tuhan, bukan Tuhan yang berlaku tidak adil, tapi pemerintah dan penguasa negara ini lah yang tidak menerapkan keadilan di bumi ibu pertiwi ini, seharusnya dengan potensi kekayaan alam dan undang-undang yang ada di negara ini bisa terwujud Peradaban Yang Surgawi, karena negara ini terkenal sebagai Surga Jamrud Katulistiwa.

Ternyata ini lah jawaban kenapa di bumi surga jamrud katulistiwa ini terjadi berbagai keterpurukan yang multi dimensi kehidupan? Karena pengkhianatan terhadap amanat dan komitmen bersama.

Seharusnya Penguasa dan Konglomerat malu melihat diri anda seperti ini :

[caption id="attachment_257428" align="aligncenter" width="784" caption="Potret Diri Anda"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun