Mohon tunggu...
Serly Aditya
Serly Aditya Mohon Tunggu... -

Bismillahirohmanirohim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gotong Royong: Sederhana namun Berarti Besar

18 April 2015   20:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:56 3744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingatkah kalian akan pertanyaan ini?

"Sebutkan contoh-contoh kerjasama yang ada di sekitar rumahmu!"

Pertanyaan tersebut diberikan di sekolah dasar oleh guru kita, yang kebanyakan akan dijawab dengan jawaban gotong royong membersihkan selokan atau kerja bakti. Tidak hanya di sekolah dasar, di SMP hingga bangku kuliah gotong royong merupakan contoh kongkrit dari bentuk kerja sama di lingkungan sekitar.

Namun, kegiatan gotong-royong yang ada di masyarakat saat ini sangatlah memprihatinkan. Tuntutan ekonomi yang terjadi di daerah perkotaan mendorong seseorang untuk bekerja lebih keras dan menimbulkan sikap individualisme yang tinggi, sehingga sosialisasi dengan masyarakat sekitar dalam bentuk gotong-royong menjadi sulit ditemui.

Padahal, gotong-royong merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Dengan adanya gotong-royong dapat mempererat tali persaudaraan antar tetangga dan warga sekitar, selain itu lingkungan sosial warga akan sehat dalam artian gotong royong membantu mengurangi adanya kesenjangan sosial antar warga.

Kelangkaan kerjasama antar warga ini jika dibiarkan terus berlanjut, tidak hanya berdampak pada hubungan antar warga yang merenggang, tetapi juga akan berdampak kepada lingkungan. Sikap individualisme akan menyebabkan seseorang tidak peduli terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan hal itulah yang akan menimbulkan dampak negatif. Contohnya, jika biasanya gotong royong dilakukan warga untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan kerja bakti setiap minggunya, dengan kesibukan warga dengan pekerjaannya sendiri dan sifat individualismenya tersebut, kegiatan rutin kerja bakti akan tertunda bahkan berhenti. Hal ini akan menyebabkan lingkungan sekitar menjadi tidak terurus dan kotor sehingga menimbulkan penyakit di kemudian hari.

Oleh karena itu, kita sebagai warga yang baik dan menjunjung tinggi budaya bangsa Indonesia harus melestarikan kerja sama dalam bentuk gotong royong ini.  Demi mengurangi dan mencegah meluasnya sikap individualisme di Indonesia. Memang sikap individualisme tidak terjadi pada semua warga di semua daerah di Indonesia karena kita masih menemukan kegiatan bahu membahu dan tolong menolong saat terjadi bencana alam, namun bukan berarti harus menunggu terjadi bencana, baru setelahnya kita bekerja sama bahu membahu menolong sesama dan lingkungan kita kan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun