Nama : Serly Aditya
NIM : 1815143302
Judul : Let Go "Setiap cerita punya ruang sendiri di dalam hati"
Pengarang : Windhy Puspitadewi
Penerbit: GagasMedia
Caraka Pamungkas, siswa kelas X SMA, tertangkap basah bekelahi untuk yang kedua kalinya selama empat bulan masa sekolahnya berjalan. Ibu Ratna selaku wali kelas Caraka setelah menceramahi Caraka, meminta Caraka Untuk kembali kekelasnya lalu setelah itu Beliau akan berdiskusi dengan kepala sekolah tentang hukuman yang tepat untuk Caraka.
Diluar ruangan Caraka dalam perjalanan menuju kelasnya melihat tindakan pengkeroyokan, setelah di perhatikan korbannya adalah Nathan teman sekelasnya, setelahnya Caraka muncul hendak membantu Nathan, namun perkelahian terhenti karena gerombolan yang hendak mengeroyok mereka sadar jika lawan mereka adlah Caraka yang telah mengalahkan 5 orang sekaligus, dan kabur begitu saja. Nathan yang telah di tolong merasa tindakan Caraka itu sia-sia saja karena dia merasa tidak minta di tolong. Namun akhirnya mengucapkan terima kasih, namun kata-kata Nathan sebelumnya membuat Caraka kesal dan bingung sekaligus.
Caraka telah menjalankan hukuman atas perkelahiannya kemarin selama satu bulan, dia harus bekerja membantu redaksi majalah sekolah, yang di mana anggotanya tidak lain ada Nathan si Zombie berlidah tajam, Nadya si Ratu Salju, dan Sarah si Cengeng penakut, Caraka sudah tidak tahan lagi akhirnya mengeluh pada Ibu Ratna. Namun Ibu Ratna hanya tertawa karena menganggap julukan Caraka menandakan mereka sudah akrab. Setelahnya Ibu Ratna mencritakan bahwa anggota redaksi majalah sekolah sendiri bukanlah anggota sebenarnya, hanya para murid yang di pilih olehnya, karena Sarah sebagai satu satunya murid kelas X di redaksi majalah sekolah, dibebankan semua pekerjaan sedangkan mereka menghilang dengan alasan sIbuk menghadapi ujian. Dan setelahnya Sarah datang kepada Ibu Ratna sambil menangis karena tidak sanggup lagi mengerjakan sendirian, dan terpilihlah Nathan dan Nadya sebagai yang terpintar di kelas. Dan alasan kenapa Ibu Ratna memilih Caraka karena beliau yakin Caraka bisa membuat keajaiban.
Seiring berjalannya waktu Caraka dan yang lainnya apat bekerja sama dengan baik, saat Ibu Ratna memberikan tugas membuat majalah sekolah dengan tema Bahasa Indonesia, mereka dengan sukses membuatnya tentang asal-usul bahasa Indonesia yang lahir karena kesalahan persepsi, contohnya Istilah setali tiga uang.
Caraka yang pada dasarnya suka mencampuri urusan orang lain akhirnya juga dapat memahami karakter dari masing-masing temannya di Veritas (nama redaksi majalah di sekolahnya) dan berusaha membantu dengan caranya sendiri.
Sarah yang mudah sekali mempercayai alasan teman-temannya sehingga mudah sekali di manfaatkan, dan juga sikap kurang percaya diri serta penakutnya yang membuatnya tidak berani mengambil langkah maju kedepan, ternyata memiliki bakat di bidang sastra yang di ketahui oleh Caraka saat tidak sengaja membaca karya tulis Sarah untuk lomba, yang dengan motivasi dari Caraka akhirnya Sarah dapat percaya diri untuk coba mengikutkan karya sastranya.
Nadya sang ketua kelas, juga menjabat sebagai anggota Osis dan Judo yang memiliki keahlian dalam mengontrol waktu namun sifat jeleknya yang bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain, akhirnya sadar jika dirinya juga batasan kemampuan saat Caraka menemukan dirinya dan menceramahinya karena belum pulang sekolah saat jam menunjukan pukul setengah tujuh malam masih mengerjakan pekerjaan yang sudah di terimanya satu bulan sebelumnya.
Lalu Nathan, teman sekelasnya yang populer di antara teman-teman perempuannya. Karena pintar, keren, dan jago olah raga. Meskipun memiliki kata-kata yang tajam, apalagi saat menolak perempuan yang enembaknya, membuat Caraka geram, namun akhirnya mengerti alasan dari kalimat-kaliat tajam Nathan. Belum lagi Nathan yang baru saja di sadari Caraka bahwa Nathan punya rahasia yang selalu ditutupi dengan kedok dingin dan kejamnya itu. Sebuah penyakit, yang membuat Nathan berubah. Penyakit itu, kanker otak stadium akhir.
Caraka sendiri selain dari prilakunya yang lebih banyak bertindak daripada berfikir, serta kelemahannya di bidang Sains dan Matematika, ternyata memiliki kemampuan berlebih di Sejarah dan pengetahuan dalam sastra dan film yang tidak disadarinya.
Masih ada dua tahun lagi tetapi Caraka sudah berencana melanjutkan sekolahnya nanti keluar negeri. Nadya menanyakan apakah kedua orang tuanya tidak keberatan tidak kesepian. Caraka baru menyadarinya apakah Ibunya tidak akan kesepian ditinggal dirinya. Sedangkan Ibunya menjawab tentu saja kesepian, karena sekarang hanya Caraka yang di miliki oleh Mama. Tapi, kalau Mama melarangmu pergi, itu sama saja Mama membunuhmu pelan-pelan. Mama mau melihatmu berkembang. Caraka hanya bisa menelan ludah dengan perasaan campur aduk di dadanya.
Caraka tertidur di pelajaran Guru paling kejam, Pak Anung namanya. Pak Anung sangat marah. Menyinggung nilai Caraka yang memang tidak bagus di pelajaran Sains dan Matematika, hingga mengatakan Caraka yang nilainya hanya bagus di Sejarah, apa gunanya? Anak bodoh sepertimu tidak akan punya masa depan.
Nathan memotong perkataan Pak Anung tidak setuju, dan menurutnya kata-kata Pak Anung sudah keterlaluan terhadap muridnya. Akhirnya mereka berdua di beri hukuman menyelesaikan 100 soal Matematika dan harus selesai hari itu juga.
Caraka mengatakan pada dirinya membenci Papanya, karena telah meninggalkan Mamanya sendiri, namun Nathan yang menyadarkannya bahwa selama ini dia hanya belum siap menerima Papanya telah tiada, dan dengan membenci adalah satu-satunya cara bagi Caraka untuk selalu mengingat Papanya.
Nathan jatuh sakit Caraka khawatir, sampai mendengar berita tentang Nathan yang menolak melakukan operasi, Caraka dan yang lainnya berusaha keras membujuk agar Nathan mau di operasi dan memberikan alasan mengapa Nathan harus hidup. Setelah perjuangan Caraka dan yang lainnya, Nathan akhirnya di operasi. Ternyata maksud Ibu Ratna memasukan Caraka ke redaksi sekolah salah satunya karena Caraka mempunyai kemampuan membantu teman-temannya dan membuat keajaiban.
Satu tahun berlalu, Nathan akhirnya meninggal karena meskipun opersinya berhasil mengangkat tumor, tetapi sudah terlanjur menyebar ke organ-organ vital. Caraka bersumpah, dia tidak akan pernah membiarkan kenangan tentang Nathan hilang.
Dalam edisi Veritas yang di tunjukan untuk Nathan, Sarah mengutip kata-kata George Bernard Shaw : “Aku bisa kehilangan seorang teman seperti itu dengan kematianku, tetapi tidak dengan kematiannya.”
Dari buku ini ada banyak yang dapat kita pelajari mulai dari persahabatan yang kental, serta perjuangan mengatasi kekurangan diri, dan pentingnya seorang teman yang dapat membantu kita memperbaiki sifat dan memberikan motivasi untuk menguatkan kita.
Serta pentingnya peran seorang guru dalam membimbing muridnya yang di lakukan Ibu Ratna yang memehami karakter murid-muridnya sehingga dapat mengarahkannya untuk saling membantu. Serta cerminan seorang guru yang seharusnya tidak membeda-bedakan murid-muridnya satu sama lain, hanya karena kekurangannya di salah satu pelajaran.
Sekian Resume yang saya buat jika terdapat kesalahan dan kekurangan pengetikan, mohon di maafkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H