Mohon tunggu...
Calon Ekonom
Calon Ekonom Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Independen

Calon ekonom merupakan sekelompok penulis independen yang fokus terhadap kajian dan opini ekonomi serta edukasi konten terkait teori ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Problem Pendidikan, Ancam Bonus Demografi?

7 Februari 2024   14:18 Diperbarui: 7 Februari 2024   14:59 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : freepik.com

Pada era industri 4.0 seperti sekarang ini, otomatisasi industri tidak hanya terpaku pada mesin - mesin produksi tetapi juga robotisasi, Internet of Things (IoT), dan penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligent). Namun kecerdasan buatan nampaknya akan mendominasi peralihan teknologi pada hampir seluruh sektor ekonomi. Hal ini terjadi karena teknologi ini mampu melakukan pengembangan pada dirinya sendiri tanpa perlu dilakukan input database berulang kali. Tentu dari sudut pandang produsen, teknologi yang semacam ini luar biasa efisien. Menurut data dari IDC Asia-Pacific (2022) industri yang menggunakan teknologi ini untuk menunjang produktivitas mereka adalah sektor perbankan, retail, manufaktur serta pemerintah. Pada beberapa dekade ke depan, tentu teknologi semacam ini akan lebih berkembang melebihi apa yang diekspektasikan oleh manusia. Inilah yang kemudian disebut sebagai proses revolusi teknologi. 

Menurut World Economic Forum diperkirakan hingga tahun 2025 akan ada sekitar 85 juta pekerjaan tergantikan oleh AI. Riset lain oleh Goldman Sachs juga mengemukakan hal serupa sebanyak 300 juta pekerja akan digantikan oleh perkembangan teknologi ini. Kondisi ini merupakan ancaman yang cukup serius dan berdampak buruk terhadap kemungkinan terjadinya pengangguran yang meningkat. Terlebih lagi talenta digital dan teknologi Indonesia masih belum mencukupi gap kebutuhan industri. Meskipun demikian berdasarkan world Digital Competitiveness 2023 mencatat daya saing digital di Indonesia berada di peringkat 45 dari 64 negara lebih baik dari tahun sebelumnya 51 dari 64 negara. Artinya tengah terjadi perbaikan dari tahun ke tahun. 

Tampaknya pemerintah pun telah menyadari ketertinggalan pada sektor pendidikan serta pemenuhan SDM teknologi dan digital. Kebijakan saat ini diarahkan tidak hanya pada pendidikan formal saja namun juga informal. Misalnya program pelatihan pra kerja, dimana individu yang tidak cukup mengenyang pendidikan formal dapat memperoleh keterampilan tertentu sebagai modal untuk bekerja. Sedangkan pada pendidikan formal, pemerintah merencanakan konsep kurikulum yang memberikan kebebasan belajar mulai dari pendidikan dasar, menengah, hingga tinggi. Sementara itu dalam rangka percepatan pemenuhan SDM teknologi dan digital, melalui kementerian komunikasi dan informasi juga meluncurkan program bernama talenta digital. Program MBKM-MSIB oleh kemendikbud juga telah mengakomodasi platform swasta untuk dapat berkontribusi menyelenggarakan program pelatihan teknologi dan digital bagi mahasiswa. Melalui beberapa program tersebut setidaknya Indonesia dapat mengakselerasi ketertinggalannya dalam hal peningkatan mutu dan kualitas SDM. 

Solusi Kebijakan 

  1. Kebijakan Pendidikan Berdasarkan Permasalahan dan Sosial Budaya Daerah

Persoalan pendidikan tidak bisa diselesaikan dengan hanya mengubah kurikulum dan pemberian bantuan fisik semata. Indonesia sebagai negara kepulauan menghadapi ketimpangan kualitas pendidikan antara Pulau Jawa dengan Luar Pulau Jawa. Oleh karena itu formulasi kebijakan pendidikan harus mengarah pada pemerataan kualitas pendidikan dan kebijakan tidak harus disamaratakan pada seluruh wilayah di Indonesia. Ini artinya, kebijakan dapat berbeda - beda tergantung pada masalah yang dihadapi pada suatu wilayah. Pendekatan sosial budaya setempat juga digunakan sebagai fondasi dalam melakukan formulasi kebijakan. Tentu adaptasi pendidikan akan lebih cepat. Studi RISE mengungkapkan bahwa di Kota Bukittinggi diterapkan kebijakan pendidikan berupa program supervisi silang dan sekolah keluarga mengingat kondisi pada daerah tersebut memiliki jaringan kekerabatan yang sangat kuat dan di Yogyakarta program pembelajaran melibatkan partisipasi aktif dari orang tua dan masyarakat dalam proses advokasi pendidikan. Program ini didorong oleh tradisi di Yogyakarta yaitu Handarbeni dan Guyub Rukun. 

  1. Peningkatan Kapasitas dan Kesejahteraan Tenaga Kependidikan

Tenaga pendidik memiliki peran penting dalam melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas. Tentu penyediaan tenaga pendidik harus diimbangi dengan gaji dan jaminan kesejahteraan agar mereka lebih fokus dan profesional dalam mengajar. Banyak tenaga pendidik yang melakukan pekerjaan sampingan sehingga kurang fokus mengajar lantaran digaji hanya sebesar Rp2,4 juta per (DataBoks, 2023),jauh berbeda dengan negara tetangga seperti Thailand Rp9,5 juta, Filipina Rp6,9 juta, dan Malaysia Rp5,5 juta per bulan. Kunci pemerataan sumber daya manusia berkualitas adalah meningkatkan dan memeratakan kapasitas dan kesejahteraan tenaga pendidik. Ketimpangan kualitas tenaga pendidik juga mempengaruhi ketimpangan kualitas pelajar yang mayoritas hanya berkembang di pulau Jawa. Tentu dalam hal ini perlu campur tangan pemerintah seperti mengoptimalkan pelatihan dan ujian kompetensi atau memperketat kualifikasi. Disamping itu tunjangan kesejahteraan juga ditingkatkan agar sesuai dengan kompetensi. 

  1. Meninjau Arah dan Proses Pendidikan Usia Dini dan Dasar

Asesmen atau penilaian juga dirasa penting pada pendidikan dasar untuk mengetahui minat belajar para siswa. Hal ini penting untuk membangun semangat belajar mengingat siswa melakukan kegiatan belajar sesuai dengan keinginannya. Namun juga tidak boleh abai terhadap kegiatan belajar yang berguna untuk meningkatkan kemampuan literasi, numerasi, dan matematika dasar. Ketiga kemampuan tersebut sangat fundamental sebagai ilmu dasar untuk menjangkau ilmu yang lebih dalam. Dalam proses peningkatan kemampuan literasi, numerasi, dan matematika dasar perlu juga digunakan metode pembelajaran digital sebagai salah satu metode yang interaktif sehingga siswa tidak mengalami kejenuhan dalam belajar. Akan tetapi penggunaan teknologi dalam proses belajar - mengajar semacam ini juga membutuhkan persiapan tenaga pengajar yang lebih mumpuni dalam mengajar, mengawasi, dan mengevaluasi kegiatan belajar - mengajar. Intinya pendidikan dasar semestinya diarahkan pada pembelajaran yang mengakomodasi siswa untuk mengeksplorasi rasa keingintahuan dan lingkungan sekitarnya dibandingkan pada pembelajaran yang sifatnya teoritis di dalam kelas.

  1. Membenahi Sistem Zonasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun