Kalau ditanya soal my perfect K-Drama, jujur susah sekali untuk hanya mention satu drakor saja. Apalagi semakin banyak mengeksplorasi, semakin banyak yang relate dengan berbagai genre hidup ini~
Korean Wave Makes Me grow better... how?
Drakor pertamaku adalah Strong Woman Do Bong Soon. Sejak selesai menamatkannya aku mulai mengerti akan beberapa drakor romansa tidak selalu tenggelam dalam bumbu percintaan nan melankolis saja. Artinya ada cerita lain yang turut mewarnai perkembangan alur dan karakter dalam drakor tersebut sehingga tidak membosankan walau harus menghabiskan beberapa episode. Aku menjadi terpacu untuk menonton drama Korea lainnya dengan berbagai genre seperti Sky Castle, Reply 1988, Twenty Five Twenty One, The Glory, Mouse, Our Blues, dan masih banyak lagi.
Apa aku bilang, sebenernya tidak cukup kalau semuanya harus dituliskan disini. Namun, aku akan menyoroti salah satu drakor yang membuatku me-reset diriku kembali yakni Reply 1988. Aku sebagai gen Z begitu terhanyut dalam suasana nostalgia yang tidak pernah aku alami sebelumnya. Berlatar di tahun 1988, drakor ini menyajikan potret gang "Ssangmun-dong" bersama dengan penghuninya yang terdiri dari beberapa keluarga dengan ciri khasnya masing-masing. Tidak hanya KLyfe atau kehidupan Korea, beberapa tren global di zaman itu juga turut ditampilkan seperti anak remaja yang memakai celana jeans dilipat bawahnya.
Berbagai momen yang terjalin diantara setiap karakternya benar-benar me-reply suasana yang terjadi di masa itu dan menggeretku ke sana. Lucu iya, senang iya, gemes iya, sedih iya, semuanya ada seperti paket komplit ayam geprek lengkap lalapan, tempe, dan sambal!
na na naa naa~
Mengalun subtle di akhir drama, membuatku tertegun akan segala kenangan yang pernah terjadi di gang Sssangmun-dong itu. Air mataku tidak terbendung lagi..
Entahlah aku seolah menjadi bagian dari "Ssangmundong squad" itu dan terjebak disana selama berhari-hari lamanya. Sejak itulah aku sangat menginginkan terlahir kembali dalam tahun yang berbeda. Andai saja aku dapat merasakan kehidupan orang-orang zaman dahulu.
Namun realitanya semua itu sudah lewat. Tentu aku tidak bisa meminta Tuhan untuk mengembalikanku ke masa itu. Daripada terjebak dengan angan-angan tak berkesudahan, aku mencoba untuk bangkit dengan belajar dari drakor favoritku ini. Apa yang aku usahakan sampai saat ini adalah bagaimana menjadikan setiap detik adalah momen, seperti apa yang terlukis dalam Reply 1988. Aku menjadi lebih menghargai waktu, orang-orang di sampingku, tetanggaku, teman-temanku, bahkan sekedar orang yang lewat.
Kalau aku boleh bersuara, ponsel menjadi salah satu alat yang menganggu hubungan sosial. Antara perasaan bersyukur atau iri, dimana memang ponsel sekarang mempermudah segalanya namun juga seringkali mematahkan interaksi langsung yang seharusnya terjadi dimana ini tidak terjadi di masa 1988. Tentu aku sebal bila disandingkan dengan orang yang hanya sibuk menatap layarnya. Namun, aku juga tidak bisa memaki-maki mereka karena juga untuk apa. Paling hanya bisa memahami kalau dirinya memang sedang sibuk atau coba menggila saja ala Deok-sun atau Dong-ryong, maupun canggung ala Jung Hwan atau Choi Taek ketika diri sedang lelah. Ngomong-ngomong soal mereka, aku tidak tahu harus bagaimana lagi mendeskripsikan kecintaanku terhadap 5 sahabat kocak ini. Mereka yang bersama sejak kecil, seperti sudah mengerti watak masing-masing. Ketika bumbu romansa turut menghampiri, kisahnya juga tidak memuakkan. Justru lucu dan ada sesuatu yang bisa diambil seperti bagaimana keraguan akan merampas semuanya dan berakhir dengan penyesalan~
Aku juga sangat menyukai interaksi di antara orang tua mereka. Apalagi ketika para ibu saling barter makanan yang terdistribusi melalui anak-anaknya, atau jika sedang menyiapkan bahan makanan sembari berbincang 'ngalor ngidul'. Bapaknya Jung Hwan... suka cringe tapi favoritku abis dengan sifatnya yang ceria oleh siapa saja! Walau seringkali cringe-nya ditolak orang-orang, ia tetap konsisten menjadi bapak yang hangat dan koplak! Melalui pemahaman setiap karakternya, membantuku untuk bisa semakin memahami bahwa semua hal punya sisi baik dan buruknya masing-masing.
Kita tidak dapat meminta segalanya berjalan sesuai apa yang kita mau, misalnya dalam segi finansial, dimana kita dilahirkan, atau seperti apa orang-orang di sekeliling kita. Setiap orang punya kelemahannya masing-masing dan tidak adil bagi kita jika menjustifikasi hanya dari lapisan terluarnya saja. Bagaimana ayah Deok Sun yang menghidupi keluarganya dengan sangat sederhana, sebenarnya memiliki kasih sayang yang tulus kepada anak-anaknya terutama kepada anak yang seringkali merasa diabaikan. Bagaimana ibunya Jung Hwan (Mi Ran) sebagai ibu paling cetar di komplek itu juga merasakan hampa bila dirinya merasa tidak berguna bagi keluarganya. Maksudnya apa? Masih ingat momen rumahnya dipasrahkan ke suami dan kedua anaknya, namun ternyata keadaan rumah baik-baik saja walau ditinggalnya yang berakhir menjadi Mi Ran yang bad mood dan ngambek? Disitulah ternyata sebagai ibu rumah tangga, dirinya merasa bahagia jika berguna walau harus merepotkan dirinya sendiri.
Artinya, setiap hal, setiap orang, setiap tempat memiliki kisahnya masing-masing dan tidak ada segalanya yang selalu berjalan semestinya atau hanya punya kelebihan saja. Ini adalah tergantung bagaimana kita mengendalikan situasi yang ada dan menggunakan apa yang kita miliki sebaik mungkin, alih-alih mengeluhkan apa yang kita tidak miliki.
Apa yang juga ingin aku tekankan adalah kebahagiaan tidak melulu soal nominal yang berkesan, namun juga memahami arti syukur yang konstan. Entah itu pengalaman baik atau buruk, setiap darinya punya sesuatu yang dapat dimaknai. Menghargai setiap waktu dan orang yang tepat di depan mata, karena momen ini bisa jadi tidak kita jumpai lagi dan hanya menjadi kenangan di lain hari.
Oleh karena itu, Reply 1988 is my perfect K-Drama yang membantuku memahami hidup bersama orang-orang jauh lebih baik. Setelah menonton Reply 1998, aku juga ikut mengulik drakor dengan genre serupa seperti Our Blues, My Liberation Notes, Welcome to Samdal-ri, dan Summer Strike. These dramas really help me to find myself and know what is the most important thing. Korean Waves Makes Me grow as a better person.Â
Aku berenang dan akhirnya terbawa gelombang Korea yang indah dengan berbagai bentuk mempesona, membawaku jauh hingga aku terdampar pada daratan yang sunyi. Sunyi yang melekat bagai titik aku bermula kembali. Aku siap me-reset ulang diriku melalui memori lama itu, mereka yang menghidupkan kembali masa kini. Terima kasih, terutama untuk sang istimewa Reply 1988.
Terima kasih telah membaca sampai akhir! Semoga ada sesuatu yang bisa dipetik dari tulisanku ini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H