Aku juga sangat menyukai interaksi di antara orang tua mereka. Apalagi ketika para ibu saling barter makanan yang terdistribusi melalui anak-anaknya, atau jika sedang menyiapkan bahan makanan sembari berbincang 'ngalor ngidul'. Bapaknya Jung Hwan... suka cringe tapi favoritku abis dengan sifatnya yang ceria oleh siapa saja! Walau seringkali cringe-nya ditolak orang-orang, ia tetap konsisten menjadi bapak yang hangat dan koplak! Melalui pemahaman setiap karakternya, membantuku untuk bisa semakin memahami bahwa semua hal punya sisi baik dan buruknya masing-masing.
Kita tidak dapat meminta segalanya berjalan sesuai apa yang kita mau, misalnya dalam segi finansial, dimana kita dilahirkan, atau seperti apa orang-orang di sekeliling kita. Setiap orang punya kelemahannya masing-masing dan tidak adil bagi kita jika menjustifikasi hanya dari lapisan terluarnya saja. Bagaimana ayah Deok Sun yang menghidupi keluarganya dengan sangat sederhana, sebenarnya memiliki kasih sayang yang tulus kepada anak-anaknya terutama kepada anak yang seringkali merasa diabaikan. Bagaimana ibunya Jung Hwan (Mi Ran) sebagai ibu paling cetar di komplek itu juga merasakan hampa bila dirinya merasa tidak berguna bagi keluarganya. Maksudnya apa? Masih ingat momen rumahnya dipasrahkan ke suami dan kedua anaknya, namun ternyata keadaan rumah baik-baik saja walau ditinggalnya yang berakhir menjadi Mi Ran yang bad mood dan ngambek? Disitulah ternyata sebagai ibu rumah tangga, dirinya merasa bahagia jika berguna walau harus merepotkan dirinya sendiri.
Artinya, setiap hal, setiap orang, setiap tempat memiliki kisahnya masing-masing dan tidak ada segalanya yang selalu berjalan semestinya atau hanya punya kelebihan saja. Ini adalah tergantung bagaimana kita mengendalikan situasi yang ada dan menggunakan apa yang kita miliki sebaik mungkin, alih-alih mengeluhkan apa yang kita tidak miliki.
Apa yang juga ingin aku tekankan adalah kebahagiaan tidak melulu soal nominal yang berkesan, namun juga memahami arti syukur yang konstan. Entah itu pengalaman baik atau buruk, setiap darinya punya sesuatu yang dapat dimaknai. Menghargai setiap waktu dan orang yang tepat di depan mata, karena momen ini bisa jadi tidak kita jumpai lagi dan hanya menjadi kenangan di lain hari.
Oleh karena itu, Reply 1988 is my perfect K-Drama yang membantuku memahami hidup bersama orang-orang jauh lebih baik. Setelah menonton Reply 1998, aku juga ikut mengulik drakor dengan genre serupa seperti Our Blues, My Liberation Notes, Welcome to Samdal-ri, dan Summer Strike. These dramas really help me to find myself and know what is the most important thing. Korean Waves Makes Me grow as a better person.Â
Aku berenang dan akhirnya terbawa gelombang Korea yang indah dengan berbagai bentuk mempesona, membawaku jauh hingga aku terdampar pada daratan yang sunyi. Sunyi yang melekat bagai titik aku bermula kembali. Aku siap me-reset ulang diriku melalui memori lama itu, mereka yang menghidupkan kembali masa kini. Terima kasih, terutama untuk sang istimewa Reply 1988.
Terima kasih telah membaca sampai akhir! Semoga ada sesuatu yang bisa dipetik dari tulisanku ini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H