Mohon tunggu...
Callysta Inas
Callysta Inas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Hanya seorang manusia yang menyukai cerita-cerita dan butuh wadah untuk mengurai pikiran-pikiran yang terlalu abstrak

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Zoning Out Ketika Membaca itu Akrab Bagi Gen Z! Kok Bisa dan Gimana Solusinya?

18 November 2024   12:39 Diperbarui: 18 November 2024   14:10 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zoning out dalam konteks sedang membaca adalah fenomena dimana secara fisik membaca tapi pikirannya tidak benar-benar sedang membaca.

Saya rasa ini akan sangat relate bagi Gen Z. Mengapa saya berani berstatement demikian? Karena saya Gen Z itu sendiri haha! XD

Begini alurnya..

Zaman sekarang itu era media baru, semuanya sudah berbeda ketika disandingkan beberapa dekade yang lalu. Semuanya serba cepat. Kata kuncinya itu efektif dan efisien, ya apa lagi kalau bukan itu yang memang menjadi tujuan kehadiran teknologi? Kemudian tentu ini berimbas pada cara generasi saat ini mengkonsumsi informasi. Kehadiran media yang menyediakan konten cepat, sebut saja Tiktok (video pendek), yang diikuti oleh reels Instagram dan shorts Youtube. Hasilnya apa? Pengguna bisa dapat banyak info dalam beberapa menit scrolling media sosial itu saja. Hasil lain? Short attention span (rentang perhatian yang pendek).

Frekuensi dan intensitas yang cenderung pendek-pendek dalam mengkonsumsi infomasi dapat berpengaruh terhadap tingkat fokus seseorang. Hal ini juga dipaparkan dalam hasil penelitian Chen dkk. (2022) bahwa pengguna yang kecanduan video berdurasi pendek mungkin mengalami kesulitan lebih besar dalam mempertahankan perhatian dan defisit perhatian selama menonton video berdurasi pendek serta gangguan kemampuan konsentrasi perhatian ketika memproses gangguan (distraksi).

Saat menonton video-video singkat, orang jarang masuk ke fase "flow state". Flow state itu ketika pikiran kita mengalir tertuju penuh pada apa yang sedang kita lakukan/hadapi saat itu, saat tingkatan fokus mencapai puncak dan segala bagian otak seakan tersinkronisasi dengan baik. Nah padahal ketika nonton video singkat pas dapat info baru, oh OK, lanjut scroll. Itu dia masalahnya.

Short attention span >> fokus sering melayang

Begitulah kira-kira saya sebagai pengamat sekaligus korban menceritakan alur mengapa fenomena zoning out ini pasti akrab bagi Gen Z saat ini. Mungkin tidak hanya Gen Z sih, Gen A sebagai digital native pun saya kira akan mendapat implikasi yang hampir sama, atau mungkin lebih parah.

Saya pun bingung mengenai solusi yang benar-benar 'solutip' atas permasalahan ini. Namun, sejauh pengalaman saya karena sebenarnya saya juga cukup gemar membaca buku, berikut saya paparkan beberapa solusi yang setidaknya sangat efektif bagi saya ketika menjalaninya.

Satu, KEBIASAAN.

Saya mulai membiasakan diri untuk tidak hanya bergantung pada konten-konten singkat Instagram atau Tiktok. Sebagai gantinya, saya menyelami berbagai konten bacaan di Kompasiana (bener bukan disponsori) dan Quora. Kedua platform ini seengaknya membuat saya lebih menyelami lautan gagasan yang lebih baik, ada opini yang didasari dengan alasan. Kemudian video juga saya lebih menonton Youtube yang lebih memberikan penjelasan spesifik dengan durasi lebih lama.

Kebiasaan-kebiasaan itu pada akhirnya melatih otak saya untuk tidak mudah bosan dan teralihkan, dan otak ini seakan memiliki standar khusus sendiri dalam mengolah informasi. Susah betul, kadang saya juga balik jadi gen z yang bermasalah. Tapi, dengan tekad kuat hingga saat ini saya lebih banyak mampu tidak melamun dan tidak mudah bosan karena masuk "flow state" ketika membaca buku.

Ini cara efektif kedua: visualisasi

Mungkin beberapa pembaca mengeluh, "yah sebenernya saya juga sudah sering membaca tapi tetap saja zoning out..". Baiklah maka cara kedua ini saya kira efektif untuk menyelesaikan masalah itu. Visualisasi ini maksudnya membayangkan apa yang dibaca. Bayangkanlah dalam bentuk yang lebih konkret. Misalnya kalau membahas dunia internasional, bayangkanlah spesifik negara apa, orang-orangnya, tempatnya atau sekedar jika bahas 'masyarakat' isilah kata tersebut dengan ras/suku masyarakat seperti apa. Itu baru objek, kalau dalam narasi, lebih dibayangkan sebagai skenario yang mengalir dalam pikiran. Kira-kira begitu, jadi semuanya yang tertulis itu bisa dibayangkan, tidak hanya soal fantasi dan imajinasi buku fiksi semata. Cara ini yang selalu saya terapkan ketika membaca apa saja, apalagi bacaan banyak dan berat. Kalau bacaan berat juga ditambah underlining poin penting agar tambah mudah mengingatnya.

Terakhir. Target.

Sebagai tambahan saja, ini sering buat fokus saya meningkat tajam. Saya pura-pura menargetkan: 5 halaman harus selesai sebelum jam sekian karena bakal ada acara. Dengan begitu, adrenalin saya akan terpacu sehingga fokus meningkat berkali-kali lipat (konsep ini mirip ketika saya mengejar deadline, tak heran mendekati tenggat kreativitas tiba-tiba melampaui batas).

Begitu sih kira-kira yang dapat saya bagikan mengenai topik ini. Semoga bermanfaat dan terima kasih telah membaca sampai akhir!

Salam gen z🫡

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun