Mohon tunggu...
calinarfadhilah
calinarfadhilah Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

hai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harta Karun di Kebun Belakang

17 Januari 2025   14:53 Diperbarui: 17 Januari 2025   14:53 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Lihat itu!” katanya, menunjuk ke tembok belakang gedung sekolah.

Kami semua menatap ke arah yang dimaksud. Di sana, di dinding kusam itu, terlihat bayangan menyerupai telapak tangan. Warnanya merah pekat, seperti sesuatu yang pernah basah dan kini mengering.

“Itu... darah?” bisik Fajar dengan suara bergetar.

Kami semua terdiam, menatap bentuk yang begitu jelas. Dina mundur selangkah, wajahnya memucat.

“Kenapa bisa ada di sini?” gumamnya pelan.

Raka, yang biasanya berani, mencoba mendekat untuk memastikan. Tapi semakin lama kami memandang, semakin mencekam rasanya. Bayangan itu tidak hanya menyerupai bekas tangan, tetapi seolah menyimpan cerita gelap yang tak ingin kami ketahui.

“Kita harus pergi dari sini,” kataku akhirnya, memecah keheningan.

Kami segera meninggalkan kebun itu dan kembali ke kelas. Tidak ada yang berani berbicara selama perjalanan.

Penutup

Hari-hari berlalu, dan kami tidak pernah tahu kebenaran tentang telapak tangan merah itu. Apakah itu benar darah, atau hanya noda biasa, kami tidak tahu. Kebun belakang tetap menjadi tempat yang jarang didatangi, dan rasa penasaran tentangnya perlahan memudar seiring waktu.

Namun, pengalaman itu meninggalkan kesan mendalam di hatiku. Aku belajar bahwa tidak semua misteri harus dipecahkan. Kadang-kadang, hal-hal yang tidak terjelaskan justru lebih baik tetap menjadi teka-teki. Tapi satu hal yang pasti, kenangan tentang kebun belakang, telapak merah itu, dan rasa takut yang kami rasakan bersama akan selalu menjadi bagian dari masa kecilku, cerita yang takkan pernah kulupakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun