Mohon tunggu...
Faisal DewantaraM
Faisal DewantaraM Mohon Tunggu... Atlet - Pemuda harapan Bangsa

Saya adalah leburan ombak di bibir pantai Lamakera Dan tekat setajam Ujung tombak penghancur paus

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ayah, Kau Melatih Menerjang Badai

30 Mei 2019   21:32 Diperbarui: 30 Mei 2019   22:03 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku tulis sebuah kisah tentang seorang pahlawan hidup, pejuang marwah dan petarung sejati tanpa kenal letih. Siapa tak kenal Ayah? 

Lelaki yang selalu menjadi panutan bagi  anak lelaki dan menjadi kecintaan bagi anak perempuan. Mendidik dengan kasih sayang meski terkadang lebih keras pada anak laki - lakinya dan lebih memanja putrinya. 

Pernakah pembaca terfikirkan bagaimana lelahnya seorang ayah ketika harus berjuang menghidupi keluarga kecilnya tanpa mengenal waktu? Agar keluarga kecilnya tak kelaparan. Agar anak gadisnya bisa mengenakan seragam sekolah baru ketika tahun ajaran baru. Atau agar Putra kesayangannya yang akan menjadi dewasa dan mempertanggung jawabkan dirinya dan keluarga kecilnya kelak harus dibelikan Speda agar tidak melulu meminjam speda anak tetangga.

Ayah adalah sosok yang tetap berdiri kokoh meski beban tertampung di pundaknya ketika putra putrinya semakin tumbuh menjadi remaja dan beranjak dewasa dan membutuhkan biaya studi. 

Kita terkadang tidak menyadari terutama anak - anak lelaki, mudah menyimpan dendam. Ketika didikan ayah agak keras dan terkadang ikat pinggang harus berhembus di betis ataupu  punggung. Dia tidak membenci, dia sedang mendidik anaknya agar menjadi anak laki - laki tangguh menerjang kerasnya persaingan di masa depan. 

Terkadang anak lelaki suka protes ketika dia di nomor duakan dan saudarinya lebih diutamakan kebutuhannya. Ayah sedang melatih agar putranya belajar bersabar dan menahan keinginannya. Semua yang terjadi adalah atas dasar mendidik. 

Musim lebaran ketika di depan mata Ayah semakin bingung berpikir. Anaknya harus dibelikan baju apa? Sementara rezeko tidak seberapa. Disini Ayah tetap berusaha agar memenuhi semua kebutuhan hingga terpenuhi. Ia rela memakai yang lama agar puta/i nya bisa tersenyum dengan yang baru.

Pulanglah, Dekaplah ia yang kini semakib tua. Peluk dan bisikkan bahwa kau adalah dinding baja yang tak koyak oleh amuk meriam karena didikannya.  Semoga ayah sehat selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun