Mohon tunggu...
Cak Usma
Cak Usma Mohon Tunggu... -

HoM MelOn. Ketua Persaudaraan Profesional Muslim Aswaja http://www.aswajanu.com . Ketua Umum Keluarga Wikusama. Rasulullah aku padamu. Gusdurian.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Bali, The Trully Asia!

2 Januari 2011   01:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:03 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bali, The Trully Asia

[caption id="" align="alignnone" width="282" caption="Bali, The Trully Asia"][/caption]

Setiap kali akhir tahun, saya selalu teringat kejadian Bom Bali dan rententannya. Rentetan itu adalah Bom Bali, teroris yang telah kita ketahui bersama seolah diimpor dari Malaysia, setelah itu rate kedatangan wisatawan ke Bali menurun drastis, setelah itu Malaysia mempromosikan lokasi wisatanya dengan tag “Malaysia, The Trully Asia”, selanjutnya ada pasukan Densus 88 yang mengejar para teroris dengan peralatan canggihnya dari Amerika, hingga berakhir pada tertangkapnya Dr. Azahari yang dideportasi balik ke Malaysia. Seolah rentetan yang mirip cerita film ini berakhir di pemakaman Dr. Azahari.

Yah, cerita itu berawal dari betapa moncernya industri Pariwisata di wilayah seputar Bali dan sekitarnya, sehingga kita juga sering mendengar cerita dari teman atau saudara kita yang barusan pergi dari keluar negeri bilang betapa banyak orang luar lebih mengenal Bali ketimbang Indonesia. Bali seolah sebuah wilayah surga yang tak terganggu beberapa tahun lamanya dan di mata wisatawan tak ada cacatnya sehingga kesohor untuk dikunjungi. Di regional Asia Tenggara, eksotisme dan persepsi keindahan Bali tidak ada yang menandingi, yah, sekitar tahun 1980-2000an, sebutin deh kira-kira lokasi wisata mana yang bisa menandingi Bali.

Hingga, pada suatu waktu, Malaysia mulai melirik industri wisata sebagai salah satu target pendapatan negaranya, maka dibangunlah taman-taman hiburan keluarga baik tema domestik ataupun frenchise dari negeri dongeng yang sudah kesohor, dibangun pula pusat-pusat hiburan khusus serta gedung-gedung fonumental. Pada waktu itu menteri ekonomi Malaysia dengan bangga mengumumkan bahwa Malaysia siap memperoleh pendapatan besar dari sektor pariwisata. Namun, seiring waktu berjalan, sepertinya industri parawisata Malaysia belumlah moncer dan menjadi icon kawasan. Malaysia perlu moment yang dapat dipergunakan untuk menyeruak di tengah kerumunan industri pariwisata Asia Tenggara dan mengalihkan wisatawannya ke negerinya.

Seiring cerita Osama bin Laden dan teroris Islam, maka secara tiba-tiba muncul istilah kelompok Jamaah Islamiyah, sebuah nama yang bagi umat Islam yang paham akan istilah tentu akan tersenyum, dengan definisi tokoh-tokoh yang seolah seram, ada ahli bom, ada alumni perang Afganistan, dan tentunya tokoh-tokoh pendukung lainnya. Hingga tiba-tiba Bali seolah menjadi bulan-bulanan kelompok ini dan sepertinya intelijen kita tidak bisa mengendus secara dini. Maka, seperti kita ketahui bersama, setelah itu berita-berita tentang Bali dan simbah darah korban menjadi headline di banyak media, dengan tingkat keterkenalan Bali, tentunya media yang meliputpun akan sangat luas, TV, koran, media, dan lebih banyak lagi. Pun sepertinya belum kuat untuk menghantam Bali, muncul bom berikutnya. Cipratan darah, protolan kaki dan kepala, seolah melengkapi betapa ngerinya Bali waktu itu.

Secara cepat, berita itu juga ditanggapi oleh Gedung Putih yang mengutuk gerombolan Osama bin Laden. Australia yang kawan seperjuangan Amerika sepertinya terkena sentil, dan… kita perlu tahu juga bahwa Malaysia dan Australia masih terikat kontrak pakta pertahanan regional sebagai persemakmuran Inggris yang hmmm… berkawan sangat dekat dengan Amerika. Point di sini adalah adanya travel warning resmi dari Amerika untuk tidak ke Indonesia, lebih tepatnya lagi tentu Bali!

Beberapa waktu berikutnya, dengan tiba-tiba, Malaysia dengan, mohon maaf, tanpa mempedulikan kejatuhan sektor pariwisata negara tetangganya, yang sering disebut serumpun, mempromosikan besar-besaran tagline pariwisata negerinya, “Malaysia, Trully Asia!”. Ini jelas mengambil moment jatuhnya icon pariwisata sekelas Asia Tenggara, yaitu Bali, dan segera mengalihkan dompet-dompet wisatawan ke negerinya. Jelas waktu itu penggunaan simbol-simbol wisata Indonesia diakuisisi, seperti bunga Raflesia yang menonjol di antara seragam pramugarinya, dan terus mengalir sampai reog, batik, dan lagu-lagu asli Indonesia lainnya.

Kacamata analisis awam sangat jelas sebagai skenario Rumah Terbakar (Strategi Perang Sun Tzu), Malaysia mengirim teroris perusuh untuk menjelekkan nama Bali, ketika Bali sudah rusuh dan jelek (terbakar), maka dijarahlah kekayaan negerinya dengan akuisisi kekayaan asli Indonesia! Masih belum jelas?!

Penghantaman dari sisi ekonomi pariwisata ini jelas terlihat dari laporan Gubernur Bali yang menyatakan tingkat hunian hotel menurun drastis dan tentunya juga wisatawannya. Ini jelas berimbas dengan berputarnya ekonomi provinsi Bali yang sangat dipengaruhi dengan industri pariwisatanya, mulai dari hotel berbintang lima sampai dengan simbok-simbok tukang urut di pantai Kuta.

Cerita ini berlanjut dengan dibentuknya tim antiteror Densus88 yang sepertinya dengan cekatan menangkap atau menembak mati para tokoh-tokoh teroris ini. Sebagaimana banyak kabar di media, alokasi anggaran untuk Densus88 ini jelas sangat besar, karena melibatkan peralatan logistik yang canggih dan tentunya pelatihan khusus anti teror yang tentunya sangat mahal. Setelah beberapa waktu berjalan, akhirnya kita tahu bersama melalui media, cerita seolah berakhir dengan terbunuhnya jasad yang diyakini Dr. Azahari dan telah dideportasi ke Malaysia.

Dari kasus ini, jelas Malaysia sudah memperoleh moment untuk mengalihkan wisatawan Bali ke negerinya dengan meruntuhkan Bali sebagai salah satu icon tujuan wisata Asia Tenggara. Malaysia mengklaim sebagai Asia yang Sebenarnya, sebuah bahasa promo yang jelas, menawarkan lebih luas (Asia) untuk mengambil lingkup yang lebih sempit (Asia Tenggara). Kita pun tidak tahu, jangan-jangan Dr. Azahari sekarang ini sedang menikmati soto babat sambil selilitan giginya serta menyeruput teh hangat sembari mencopot kacamatanya untuk mengelap keringat di seputar jidatnya, jangan-jangan pula, dia saat ini sedang mengedipkan sebelah matanya kepada penjual soto yang sepertinya agak terperanjat. Anyhow, terkait hal ini sebaiknya kita tunggu konfirmasi dari Wikileaks! Fayo!

Saya kira, saat ini Bali sudah kembali normal dan menjadi tujuan wisata kembali, monumen kebiadaban bom asal Malaysia tidak akan pernah terlupakan. Dan terlebih lagi perampokan atas kekayaan asli Indonesia untuk mengambil keuntungan lebih di tengah kedukaan negeri ini dengan tanpa permisi, sepertinya juga tidak akan terlupakan. Maafkan? Saya pikir filosofi kerendahan hati dari batik Indonesia sudah melakukannya.

Bangkitlah Negeriku, Majulah Bangsaku!

Follow me on twitter: http://www.twitter.com/Cak_Usma

myFB: http://www.facebook.com/cak.usma

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun