Konstelasi perhelatan pilpers semakin menarik tatkalah kekuatan politik Muslim non-Partai di Indonesia juga terbelah menjadi dua pada dua kekuatan pilpers 2019 ini. Kelompok Islam-moderat yang diwakili oleh NU dan Muhammadiyah berdiri di depan Jokowi-Ma'ruf sedangkan kelompok Islam-Radikalis yang diwakili oleh FPI dan eks-HTI berada di barisan Prabowo-Sandi. Praktis perhelatan ini benar-benar telah membelah umat Islam menjadi dua bagian yang cukup besar, kelompok Islam-Moderat vis a vis kelompok Islam-Radikalis.
Mesin Perang Pilpres 2019
Terbelahnya dua kekuatan politik Muslim non-Partai ini jelas menjadikan pertempuran pilpers semakin sengit dan menarik, karena yang benar-benar terlibat dalam pertempuran adalah kelompok Nasionalis-Religius, bukan Nasionalis-Sekuleris. Padahal calon presiden merupakan kader utama dari kalangan Nasionalis-Sekuleris, PDI-P versus Gerindra.
Di tingkat gresroot pertempuran pilpres justru semakin mendekati kekerasan dan kekacauan tatkalah Nahdlatul Ulama semakin nyata menghadapi eks-HTI dan FPI. Dalam pertempuran ini Muhammadiyah cenderung kurang terlihat perannya dan kurang menjadi kekuatan arus utama yang terlibat secara nyata---mereka cenderung diam dan kurang menjadi sorotan media.
Yang benar-benar terlibat secara nyata dalam pertempuran pilpers di kalangan masyarakat bawah adalah Nahdlatul Ulama menghadapi eks-HTI dan FPI.
Ibarat sebuah pertempuran di medan terbuka barisan kelompok Nasionalis-Sekuleris di kedua belah pihak "duduk manis" di belakang, sambil mengibarkan bendera, mengamati jalannya pertempuran dengan teropong, membaca peta pertempuran, dan yang "keren" mengatur pampasan perang jika perang usai.
Sedangkan kelompok Nasionalisme-Religius dikedua belah pihak telah dedel duel mempertaruhkan nyawa, saling menebas pedang, saling bacok, saling melukai, saling mengeluarkan peralatan perang terbaik guna melumpuhkan musuh, rame-rame menusukkan tombak, melempar granat, menusukkan bayonet, dan mencari target untuk dilumpuhkan.
Terkait pampasan perang mereka berdua hanya "yakin-pasti-dapat" namun belum jelas juga hasilnya. Karena korban yang diderita cukup besar dan tenaganya terkuras lelah menjalani pertempuran.
Medan tempur terjadi di dua dimensi yang berbeda. Di kawasan dimensi nyata kedua kekuatan politik Islam, baik partai ataupun non-partai saling serang dan saling menunjukkan kekuatan massa-nya. Dan di kawasan dimensi maya juga, kedua kekuatan saling serang, membentuk opini dan saling menjatuhkan dengan wacana-wacana yang "menyakitkan".
Justru pada kawasan dimensi maya ini pertempuran lebih sengit dan lebih menyakitkan dari pada di dunia nyata.
Hasil Pertempuran; Siapa yang Menang?