Mohon tunggu...
Ruslan Effendi
Ruslan Effendi Mohon Tunggu... Akuntan - Pemerhati Anggaran, Politik Ekonomi, Bahasa

Penulis pada International Journal of Public Administration

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Porak-Porandanya Persatuan: Metafora Ghanimah

24 Desember 2020   14:01 Diperbarui: 24 Desember 2020   14:02 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tertarik dengan tulisan singkat dari Prof Haedar Nashir pada tautan ini.  Menurut beliau:

"Di antara penyebab pecahnya ukhuwah biasanya karena ghanimah, misalnya ghanimah kue kekuasaan dan ananiyah hizbiyah (egoisme kelompok). Prof Haedar mengingatkan ghanimah sering membuat lalai dan membuat lupa terhadap saudara. Ghanimah harta terlebih ghanimah kekuasaan, biasanya kalau sudah ada di tangan sulit melepaskannya."

Nah ...bagus  sekali Pesan Beliau kan. Saya mencoba lihat dari sisi lain, sisi psikologi

Lalu apa yang menyebabkan orang-orang berebut ghanimah, melupakan pesan dari sang pemimpin? Apakah mereka yang berebut harta ghanimah itu sebagai perilaku selfish dan self-interest?  Ya, pokoknya sama, mau selfish atau  self-interest itu, podho wae, egois, mementingkan diri sendiri. Tetapi kedua istilah itu ternyata beda.

Menurut  Richard B. Joelson, DSW istilah selfish  untuk menggambarkan sikap, niat, atau tindakan yang melayani kepentingan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain. Sedangkan  self-interest, dia menggambarkannya sebagai  sikap, niat, atau tindakan yang melayani kepentingan diri sendiri tanpa konsekuensi kepada orang lain.

Note: Richard B. Joelson, DSW adalah  seorang  psikoterapis, pendidik, dan administrator pekerjaan sosial klinis sejak 1970, seorang master  dari universitas Columbia (Columbia University School of Social Work), dan seorang   Doctor bidang kesejahteraan sosial di  Hunter College School of Social Work di Universitas New York.

Penggunaan selfish dan  self-interest dalam keburukan.

Dalam perbuatan yang buruk, selfish dan  self-interest memiliki perbedaan tipis, bahkan bisa bercampur karena adanya pembenaran. Ya ini  selfish, sebuah sikap, niat, atau tindakan yang melayani kepentingan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain. Kemudian ada pembenaran  self-interest bahwa tindakan berebut ghanimah itu toh tidak merugikan  orang lain, kan harta rampasan, hartanya orang, dan orangnya sudah kalah perang, ada yang melarikan diri dan ada yang mati. Lha saya yang menang perang ini kalau berebut harta ini kan wajar. Ya, wajar versi pembenaran.

Penggunaan selfish dan   self-interest dalam kebaikan

Berbeda kalau  selfish dan  self-interest itu untuk kebaikan. Orang yang menggunakan self-interest dengan niat membantu orang lain, kemudian dia merasa tidak bahagia, saya nggak enak kalau dianggap selfish. Penelitian Jonathan Z. Berman dan Deborah A. Small dari  Sekolah Wharton, Universitas Pennsylvania memberikan kesimpulan bahwa orang kadang-kadang berusaha keras untuk membantu orang lain dan bahwa membantu orang lain bisa terasa menyenangkan. Tetapi mereka heran mengapa perilaku self-interest gagal menunjukkan sesuatu yang  menyenangkan. Menurut peneliti itu, salah satu alasan mengapa self-interest tidak mengarah pada sesuatu yang menyenangkan disebabkan karena  mereka tidak suka merasa selfish. 

Nah ternyata ada lho berperilaku self-interest tanpa selfish (egois). Gimana caranya? (Ketika pilihan itu bukan dari diri sendiri, tetapi dari orang lain)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun