Mohon tunggu...
Ruslan Effendi
Ruslan Effendi Mohon Tunggu... Akuntan - Pemerhati Anggaran, Politik Ekonomi, Bahasa

Penulis pada International Journal of Public Administration

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Lonte ke PSK (Studi Bahasa Kritis): Dari Normatif ke Liberalisme "Komodifikasi"

18 November 2020   10:36 Diperbarui: 18 November 2020   10:53 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Ahsanfile.Com (https://ahsanfile.wordpress.com)

Beberapa hari ini ramai khalayak memperbincangkan penggunaan istilah Lonte. Ada pro kontra penggunaan istilah Lonte itu. Orang yang menyebut kata "Lonte" dianggap tidak beradab, kenapa tidak menggunakan istilah yang lebih halus, Pekerja Seks Komersil (PSK).  Frasa "kenapa tidak menggunakan istilah yang lebih halus.." ini berupaya menggiring opini tentang sebuah konsep yang seolah-olah lebih baik.

Nanti kata maling juga harus diganti karena dianggap kasar, tidak enak ditelinga, mungkin dicari kata-kata yang lebih sopan, misalnya

"pengambil harta atau benda milik orang lain tanpa ijin, disingkat PHBMOLTI. Loh kok panjang amat!! Untuk lebih singkatnya, mungkin Molti saja. Nah maka di masyarakat lama-lama maling akan hilang dengan sendirinya, yang tersisa adalah para Molti. Begal mungkin disebut PHBMOLTI khusus kendaraan roda dua, atau PHBMOLTIKKRD, nama singkatnya Moltik. (Nah...) 

Nah kembali ke istilah lonte. Heboh penggunaan kata Lonte ini dapat di search pada browser anda, dan anda pasti sudah lebih tahu pastinya. Saya kurang tertarik dengan perseteruan itu, sebaliknya saya lebih tertarik pada konsepsi perubahan praktik sosial dalam penggunaan bahasa. Bahasa dapat menunjukkan praktik sosial, selain itu ada juga praktik sosial dalam penggunaan bahasa.

Masyarakat secara tidak sadar terjebak dalam sebuah ideologi tertentu, seolah-olah telah disuguhi konsep yang benar. Ya, pekerja komersial itu yang benar, dan penyebutan "lonte" merupakan kesalahan. Ohh...dunia. Sungguh menyedihkan, masyarakat tidak mendapatkan edukasi bagaimana

mereka bernalar, yang memunculkan kesadaran dan akhirnya emansipatif. Emansipatif bukan berarti mengakui kebenaran PSK daripada Lonte, sebaliknya emansipatif bahwa orang memiliki pandangan yang berbeda-beda, tidak bisa mendominasi makna. 

Dengan kesadaran dan emansipatif menghindarkan tindakan menjudge seseorang. Kesadaran bukan karena keterpaksaan melainkan karena bernalar.

Pergeseran ke eufemisme, kadang-kadang kebablasan, sampai-sampai masyarakat tidak bisa lagi membedakan kebenaran normatif dalam keyakinannya, karena ada upaya-upaya performatif dan reiteratif. 

Menurut Michel Foucault, inilah bagaimana ideologi itu bekerja. Pergeseran penyebutan istilah menunjukkan ada perubahan dalam praktik sosial. Menurut Norman Fairclough, Ahli bahasa kritis, terdapat tiga kecenderungan bentuk perubahan sosial: komodifikasi, demokratisasi, dan teknologisasi. Ketiganya ada irisan untuk perubahan sosial ini, tapi saya lebih melihat pergeseran Lonte ke PSK lebih dominan pada komodifikasi, sesuatu yang menjual.

Komodifikasi

Komodifikasi adalah proses di mana domain dan institusi sosial, yang perhatiannya tidak memproduksi komoditas di pengertian ekonomi

sempit tentang barang untuk dijual, tetap justru mengorganisasikan dan mengonseptualisasikan dalam hal produksi komoditas, distribusi dan konsumsi. Komodifikasi bisa terjadi di segala bidang. Misalnya Norman Fairclough sering memberikan contoh komodifikasi dalam bidang pendidikan. 

Slogan-slogan komodifikasi, misalnya mempersiapkan generasi yang bersaing, lulusan yang siap kerja, lulusan yang kompeten yang siap terjun dalam dunia usaha.

Mengapa tidak memunculkan wacana dari output pendidikan yang lebih filosofis, misalnya mempersiapkan generasi yang mampu melestarikan kemerdekaan berpendapat dan mempertahankan hak-hak sipil.

Demokratisasi

Demokratisasi adalah penghapusan ketidaksetaraan dan asimetri dalam hak, kewajiban, dan prestise diskursif dan linguistik kelompok masyarakat. Arti paling mendasar dari istilah demokratisasi adalah "membuat sesuatu yg lebih demokratis dalam organisasi atau karakter" dan "proses menjadi demokrasi" (Concise Encyclopedia of Democracy, Staff of the Congressional Quarterly, 2013)

Teknologisasi:

Teknologisasi adalah upaya untuk membawa perubahan wacana sebagai bagian dari upaya untuk merekayasa perubahan sosial, budaya atau kelembagaan. 

Wacana teknologisasi mengadopsi praktik diskursif baru dan dengan sengaja berusaha untuk mengubah praktik diskursif yang ada sehingga untuk menyesuaikan dengan kriteria baru efektivitas kelembagaan yang berkaitan dengan, misalnya, budaya organisasi, pengelolaan sumber daya, atau praktik komunikasi.

Demikian, semoga bermanfaat.

RE

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun