Dialektika tidak dipandang sebagai hal yang abstrak, melainkan perlu ditunjukkan dalam praktik nyata, melalui artikulasi berbagai elemen dalam tatanan wacana (Order of discourse). Praktik sosial yang terjadi akan tergantung orang-orang yang berada di Pusat maupun pemda sebagai agen sosial yang memiliki kekuatan untuk perubahan sosial. Namun demikian, perubahan sosial tidak semata-mata disebabkan oleh agensi itu, bisa juga karena struktur.
Apakah dengan otonomi itu terjadi perubahan atas dominasi?
Fairclough menggunakan penalaran dialektika ini dengan menggunakan teks. Dia menulis tentang tiga aspek pemberian maakna (yaitu  genre, wacana, dan gaya) yang seolah-olah  terpisah satu sama lain. Bukan demikian, justru ketiganya berkaitan dengan hubungan yang lebih halus meskipun kompleks. Michel Foucault membuat perbedaan yang sangat mirip dengan  tiga aspek makna Fairclough. Agak paradoks juga ya, perbedaan yang sangat mirip, yang disebut tiga sumbu Foucault: sumbu pengetahuan, sumbu kekuasaan, sumbu etika. Bagaimana kita dijadikan sebagai subjek pengetahuan kita sendiri? bagaimana kita dibentuk sebagai subjek yang menjalankan atau tunduk pada relasi kuasa? Bagaimana kita dianggap sebagai subjek moral dari tindakan kita sendiri? Agar tidak salah memahami pandangan Fairclough, tiga sumbu Foucault itu juga mewarnai pandangan Fairclough, namun Fairclough lebih mengkonsentrasikannya pada analisis teks.
Dengan mempelajari artikulasi teks-teks itu, akan menghasilkan interpretasi atas praktik sosial yang terjadi berkaitan dengan otonomi daerah, misalnya:
1. Â Â Â Praktik pendidikan politik
2. Â Â Â Praktik hegemoni karena hubungan kekuasaan (apakah otonomi sebatas etalase?) telah memarginalkan masyarakat setempat.
3. Â Â Â Praktik pada implementasi negara kesejahteraan (pendidikan, kesehatan, jaminan hari tunai, jaring pengaman sosial). Apakah otonomi menghasilkan grafik peningkatan dalam negara kesejahteraan atau justru penurunan.
4. Â Â Â Praktik Akuntabilitas vertikal-horisontal
5. Â Â Â Praktik menguntungan dan merugikan.
Atau sederhananya, karena Fairclough memiliki perhatian yang tinggi pada hubungan kekuasaan, maka interpretasi umumnya adalah bagaimana hubungan kekuasaan terwujud dalam praktik sosial. Â
Ruslan Effendi