Mohon tunggu...
Cak Ricky
Cak Ricky Mohon Tunggu... lainnya -

Otak minus, wajah minus, dompetpun minus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lamongan (Kemewahan dalam Kesederhanaan)

11 Januari 2016   17:17 Diperbarui: 11 Januari 2016   17:39 2618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara tentang Lamongan, tentunya tidak lepas dari pertanian di atas ribuan hektar persawahan sebagai bukti keberhasilan dalam mencukupi lumbung pangan dan roda perekonomian, komoditas perikanan dan tempat pelelangan yang menjadi sebuah unggulan. Surajaya dan Persela sebagai simbol kebanggaan, WBL sebagai wujud kemegahan dunia hiburan serta Soto dan Pecel Lele sebagai warisan yang melambungkan nama Lamongan.

Lamongan memang bukan kota besar yang sering disebut namanya di layar kaca, bukan pula penghasil batu bara ataupun logam mulia yang tiap harinya dipuja atas nama Indonesia, melainkan hanya sebatas kota kecil yang memiliki segudang persoalan nyata yang harus diselesaikan bersama. Jika mengaca pada kota-kota yang ada di Indonesia, Lamongan termasuk kota yang masih rendah dalam pertumbuhan ekonominya. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari pembangunan infrastruktur yang kurang merata serta kelemahan sektor industri yang kurang merambah. Terlepas dari itu semua, Lamongan tetap menyimpan segudang kemewahan di dalamnya.

Salah satu kemewahan itu dapat terlihat dari sebagian besar penduduknya yang dapat dijuluki Laku Rantau. Dengan bekal keterampilan dalam mengolah masakan serta pandai memanfaatkan kesempatan, mereka berdiri mengisi setiap sudut jalan yang ada di antero Negeri ini. Tak heran jika ada yang mengatakan “Dimana ada jalanan disitu ada orang Lamongan”. Ya! Tanah perantauan dan jalanan adalah sumber penghasilan yang tidak dapat dipisahkan oleh mereka. Meskipun data saat ini menunjukkan bahwa pendapatan perkapita di kabupaten Lamongan hanya tercatat pada kisaran 17,4 juta pertahun, masih kalah jika dibandingkan dengan kota lain di Jawa Timur yang berada pada kisaran 25,5 juta pertahun, akan tetapi dalam kenyataanya sebagian dari mereka yang berjaya diperantauan sudah tidak bisa diragukan dalam hal pendapatan. Penghasilanya bisa melebihi pejabat pemerintahan atau sekedar seorang Manager di perusahaan. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk kemewahan dalam kesederhanaan.    

mata pencaharian warga lamongan di tanah perantauan

Hidup dalam kesederhanaan di perantauan dan berbalut kemewahan di kampung halaman seolah menjadi potret umum masyarakat Lamongan. Tak heran jika ada pembangunan di perkampungan semewah pembangunan di perkotaan. Sadar ataupun tidak, mereka telah memberikan sumbangsih yang sangat besar terhadap mobilitas sosial di kampung halaman. Tidak sebatas hal itu, Lamongan yang dinilai sukses dalam program BKKBN dengan pertumbuhan penduduk mencapai 0.02 % tentu tidak lepas dari banyaknya orang yang memilih jalan untuk hidup di perantauan. Hal tersebut saat ini memang menjadi jalan utama untuk keluar dari zona kemiskinan, akan tetapi pembangunan disektor industri tetap menjadi sorotan untuk Lamongan, agar terciptanya stabilitas ekonomi yang tidak melulu bergantung pada perantauan sebagai pilihan.

kemegahan di perkampungan yang hanya ramai saat lebaran

Kemewahan Lamongan lainya tentunya tertuju pada Persela dan LA Mania. Persatuan sepakbola profesional yang berdiri sejak 18 April 1967 dan sempat menjadi raja di Jawa Timur tersebut bukan hanya hadir sebagai kesebelasan dalam permaianan, melainkan sebuah kebanggaan ribuan LA Mania. Kalian bisa menyaksikan jalanan berubah menjadi lautan saat persela bertanding di atas lapangan. Warna biru yang menghiasi sepanjang jalan menuju Surajaya seperti ombak berjalan yang selalu hadir memberikan dukungan dan siap menyanyikan lagu kemenangan. Tak hanya sebatas di Surajaya, LA Mania akan tetap ada dimana pemain Persela menginjakkan kakinya. Mereka siap kibarkan bendera di seluruh wilayah di Indonesia. biarpun mereka berada diperantauan dan jauh dari kampung halaman, jiwa mereka tetap LA Mania. Kesebelasan yang mampu membuat segan lawan adalah bukti keberhasilan yang tak terbantahkan. Kalian bisa bayangkan saat sebuah kota kecil mampu menunjukkan simbol kebanggaan dihadapan kota-kota besar lainya. Bagi Lamongan hal tersebut adalah kemewahan.

Surajaya dan LA Mania

Tidak terbatas pada simbol kebanggaan, Lamongan juga menyimpan sebuah kemewahan dalam kesederhanaan berupa kekayaan kuliner. Bukan Soto, Tahu Campur atau Pecel Lele, melainkan Sego Boranan. Kata Sego berarti nasi dalam bahasa jawa dan Boran yang berarti tempat nasi (terbuat dari anyaman bambu). Sego Boranan dengan pilihan lauk yang beragam hanya bisa dijumpai diberbagai sudut kota Lamongan. Biasanya dijual disepanjang trotoar oleh ibu-ibu (mbok-mbok) dengan menyediakan tikar sebagai tempat lesehan. Terlepas dari kelezatan yang khas, Sego Boranan ternyata menyimpan berbagai keunikan. Masyarakat sekitar percaya bahwa hanya orang-orang tertentu saja yang bisa membuat resep nikmat Sego Boranan, karena resep sudah diwariskan secara turun-temurun. Bagaimanapun juga masakan tidak sebatas makanan, melainkan sebuah warisan.

Sego Boranan Khas Lamongan

Kemewahan Lamongan berikutnya mengarah pada roda perekonomian yang mengandalkan sektor pertanian dan perikanan. Bukan suatu yang berlebihan jika sektor pertanian menjadi sebuah andalan dan turut menghantarkan Lamongan sebagai lumbung pangan Nasional, serta menyandang predikat sebagai penghasil beras terbesar ke dua di Jawa Timur. Sedangkan pada sektor perikanan juga tak kalah membanggakan. Lamongan tetap diakui sebagai penghasil ikan terbesar di Jawa Timur yang pemasaranya sudah merambah daerah-daerah di pulau Jawa, bahkan berhasil menembus pasar ekspor Taiwan, China, Jepang, Negara dikawasan Eropa serta Amerika.

Mungkin sebagian dari kalian timbul sebuah pertanyaan, jika potensi pertanian sangat terbuka mengapa masih banyak orang yang meninggalkan keluarga untuk sekedar mencari nafkah sampai ke luar Jawa? Karena orang Lamongan bukan orang yang gemar berpangku tangan. Jika dalam satu keluarga mereka sudah ada yang menekuni pertanian atau terjun menjadi nelayan sebagai sumber mata pencaharian, maka diantara mereka akan ada yang merantau untuk menambah penghasilan.

Bendung Gerak Babat dan Pertanian di Lamongan

Kemewahan yang tak terbantahkan selanjutnya adalah berdirinya Wisata Bahari Lamongan (WBL) sebagai satu bukti kemegahan pembangunan dalam dunia hiburan. Tempat wisata yang dulunya akrab dikenal dengan nama Pantai Tanjuk Kodok tersebut kini telah menjelma menjadi sebuah tempat liburan keluarga untuk berbagai usia. terletak di Kecamatan Paciran dan berada tepat di jalur Pantura diyakini merupakan tempat yang sangat strategis. Diakui atau tidak WBL yang menjadi icon Lamongan saat ini merupakan salah satu wujud keberhasilan pemerintah dalam mengembangkan sektor pariwisata.

Wisata Bahari Lamongan (WBL)

Fakta di atas merupakan secuil kemewahan dari Lamongan. Tentunya masih banyak kemewahan yang belum saya sebutkan dari berbagai sudut pandang.

Yang jelas, Lamongan tetap menyimpan kemewahan dalam kesederhanaan

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun