Sementara itu, dokter Ahmad Muttaqien Alim, pengurus Muhammadiyah Disaster Management Centre mengemukakan, "Islam itu agama keselamatan, jangan nodai Islam dengan membuat bahaya penularan atas nama Islam".
Demikian para alim-ulama baik dari sisi ahli Islam maupun pakar kesehatan mengemukakan pendapatnya sesuai dengan kaidah keilmuan yang tidak main-main. Hal ini ditegaskan oleh Abdul Munir Mulkhan, Guru Besar Pendidikan Islam dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, menurutnya:
"Menghindari mudharat itu lebih diutamakan dari pada usaha meraih manfaat, kumpul-kumpul dalam jamaah shalat potensial menyebar penyakit karena tidak semua pembawa virus itu bisa dikenali (dar-ul mafasid muqoddam 'ala jalbil mashalih). Salat ied yang hukumnya sunnah bisa dilakukan di rumah sekaligus membiasakan jamaah di rumah (baiti jannati) demi menjaga keselamatan orang lain dan diri sendiri. InsyaAllah Gusti paring berkah, amien."
Para ahli Islam dan kesehatan di atas bertanggungjawab atas apa yang telah mereka kemukakan pada publik sebagai ikhtiar menyelamatkan jamaah yang berkeinginan melaksakanan shalat Ied di lapangan atau masjid. Selain itu juga silaturahmi yang hendaknya dilakukan secara daring (online), dengan telepon atau panggilan melalui video.
Ketaatan terhadap ulil amri; pemerintah (presiden, menteri, gubernur, bupati/walikota, camat, lurah/kepala desa), juga aparat keamanan (Polri, TNI), dan para alim ulama (dosen, ustad, kiai, dokter, dll) merupakan wujud dari pengamalan nilai-nilai Islam yang seyogyanya dilakukan oleh seluruh umat.Â
Inilah bentuk Islam yang rahmatan lil'alamin. Islam yang mampu menangkap semangat zaman. Islam tidak kehilangan ruhnya dalam upayanya menyelamatkan umat manusia tanpa terkecuali. Selamat Idul Fitri 1441 H.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H