Sejarah seakan tak pernah lepas begitu saja dari sendi kehidupan. Selalu ada momentum yang akan kita kenang.. kini dan nanti.
Sejarah amat penting untuk kehidupan selanjutnya. Kita harus banyak belajar dari sejarah masa lampau. Fase demi fase berlalu begitu saja? Tentu tidak..
Sejarah merupakan peristiwa yang abadi dan akan selalu kita kenang, di manapun dan kapan pun. Tak mengenal ruang dan waktu. Sejarah itu unik, logis dan penuh makna bagi siapa saja yang mendalaminya.
Dalam hidup ini manusia ialah objek yang menjadi perkara pengingat maupun sarana untuk refleksi diri yang kemungkinan manusia masa kini dapat mengetahui rentetan ketidaksengajaan maupun disengaja yang terjadi pada manusia di masa lalu.
Hal tersebut dapat mengukur keberhasilan para pendahulu untuk diterapkan pada masa sekarang hingga masa mendatang.
Seperti halnya Museum Brawijaya yang berdiri di pusat Kota Malang merupakan salah satu museum militer bersejarah yang berada Jl. Besar Ijen No. 25 A, Gading Kasri, Malang, Jawa Timur.
Untuk tiket masuk berkunjung ke museum ini, kalian hanya perlu merogoh kocok sepuluh ribu rupiah. Uang tersebut nantinya akan dipergunakan untuk pengembangan dan pemeliharaan museum
Dari yang dikisahkan pemandu Museum Brawijaya kepada kami, bhwa sejarah singkat dari usaha untuk pendirian museum ini telah direalisasikan sejak tahun 1962-1968 oleh tokoh pejuang kemerdekaan, yaitu Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI Soerachman bersama sang arsiteknya Kapten Soemadi.
Kemudian, nama Museum Brawijaya ditetapkan pada tanggal 16 April 1968 dengan sesanti 'Citra Uthapana Cakra' yang bermakna sinar yang membangkitkan semangat.
Museum yang terletak di Kecamatan Klojen ini kerap dijadikan sebagai media atau sumber belajar pendidikan sejarah bagi para pelajar, pusat wisata sejarah, hingga lokasi penelitian bagi bidang ilmu tertentu.
Saat berada di halaman depan Museum Brawijaya, sebuah tank besar pertama kali menarik perhatian kami begitu juga patung Jenderal Soedirman yang memancarkan aura keberanian dan kegigihan.
Bergeser ke lobi museum, kita disuguhkan oleh banyaknya lukisan atau foto para pejuang kemerdekaan yang berdampingan dengan  ruang koleksi 1 dimana terpersenjataan militer jarak jauh.
Selain itu, pada masa penjajahan dahulu juga menyisakan uang kertas peninggalan era kolonial hingga seragam asli yang dipajang dengan rapih. Seragam ini dulunya dikenakan oleh para pejuang dalam merebut kemerdekaan.
Adapun ruang koleksi 2 di dalamnya terdapat persenjataan seperti keris, bambu runcing, komputer dahulu atau yang dinamakan typowriter serta burung merpati yang diawetkan dengan kondisi mencengkeram sepucuk surat. Seperti kata pepatah, merpati tidak pernah ingkar janji.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H