Mohon tunggu...
Cak Pujiono
Cak Pujiono Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Di Balik Upaya Penjegalan KH Hasyim Muzadi di Muktamar NU Jombang

2 Juli 2015   18:29 Diperbarui: 2 Juli 2015   18:29 1222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kali ini saya akan coba menceritakan upaya penjegalan KH Hasyim Muzadi yang didukung oleh pengurus NU daerah oleh kelompok-kelompok tertentu di Muktamar NU Jombang mendatang. 

Jadi akal-akalan terkait Muktamar ini sudah terjadi di Muktamar Makassar lalu. Kalo sekarang ada akal-akalan Ahwa, dulu juga ada akal-akalan walau berbeda. Begini ceritanya.

Pasca Muktamar Makassar tahun 2010, formatur bersama Rois Aam dan Ketua Umum terpilih saat itu, yakni (alm) KH. Sahal Mahfudz dan KH. Said Aqil Siraj, melakukan rapat penyusunan kepengurusan lengkap. Rapat formatur memutuskan mantan Ketua Umum KH. Hasyim Muzadi sebagai Wakil Rois Aam mendampingi KH. Sahal. Sebelumnya KH. Hasyim dalam arena Muktamar menyatakan tidak bersedia dicalonkan sebagai Rois Aam, untuk menghormati KH. Sahal.

Namun rupanya keputusan ini membuat panas sebagian orang. Ada segelintir orang yang merasa keberatan dengan terpilihnya KH. Hasyim Muzadi sebagai Wakil Rois Aam. Maka tak lama kemudian, muncul Imam Aziz. Imam Aziz yang saat ini menjabat Ketua Panitia Muktamar Jombang, waktu itu mengatasnamakan KH. Sahal menyatakan bahwa susunan pengurus yang sudah diputuskan dalam formatur itu dapat berubah dan dianggap belum final. Menurutnya, susunan pengurus tersebut hanya merupakan hasil pertemuan awal formatur. Hal yang sama disampaikan KH. Said Aqil yang menyampaikan susunan kepengurusan PBNU yang dihasilkan rapat itu masih bisa berubah. Ditambahkannya, sebelum ada surat keputusan resmi PBNU nama-nama yang masuk jajaran pengurus PBNU 2010-2015 yang sudah beredar bisa saja berubah.

Benar saja, seminggu setelah terjadi kesepakatan soal susunan kepengurusan hasil formatur yang pertama, diumumkanlah susunan kepengurusan versi baru. Dengan didampingi Rois Aam dan Sekjen Iqbal Sullam (sekarang sudah diganti dengan Marsudi Suhud), Senin (19/4/10) mengumumkan susunan PBNU ‘hasil penyesuaian dengan AD/ART` dan ‘hasil masukan terutama dari formatur’.

Dalam susunan yang dikatakan hasil penyesuaian ADR/ART itu tidak ada lagi nama KH. Hasyim Muzadi sebagai Wakil Rois Aam. Tempat itu kemudian diberikan hanya kepada KH. Musthofa Bisri alias Gus Mus (mertua tokoh Jaringan Islam Liberal, Ulil Absar Abdalla) sendirian. Nama KH. Hasyim yang semula didaulat menjadi Wakil Rois Aam diturunkan masuk di jajaran salah satu Rois, itupun dengan penempatan nama tidak di bawah Wakil Rois Aam langsung. Munculnya nama Gus Mus seorang diri sebagai Wakil Rois Aam ini tentu bukan tiba-tiba melainkan melalui sebuah ‘proses tertentu’.

Santer beredar kabar waktu, penggusuran KH. Hasyim Muzadi dari Wakil Rois Aam karena untuk mengantisipasi seandainya  KH. Sahal berhalangan maka jangan sampai KH. Hasyim yang akan menggantikan. Kondisi KH. Sahal sudah sangat sepuh dikekhawatirkan nantinya berhalangan tetap di tengah jalan, sehingga kalau terjadi demikian maka wakil Rois Aam-lah yang akan menggantikan.

Di sinilah upaya pengusung mendapatkan posisi Wakil Rois Aam menjadi penting dan menemukan relevansinya, karena yang kemudian mendudukinya akan mendapat limpahan jabatan Rois Aam. Maka tidak heran bila kemunculan nama yang menjadi Wakil Rois Aam saat itu diperjuangkan dengan hebatnya, sampai dengan mengatasnamakan ‘hasil penyesuaian dengan AD/ART dan ‘hasil masukan formatur’.

Belakangan, antisipasi penjegalan itu menjadi kenyataan, yakni Wakil Rois Aam dimaksud benar-benar menggantikan Rois Aam yang berhalangan karena wafat. Tentu berbeda kondisinya bila waktu itu tidak ada penggusuran. 

Nah di Muktamar Jombang nanti, skenario penjegalan KH Hasyim diduga akan kembali dilakukan. Kelompok yang sama sedang bergerak. KH Hasyim Muzadi yang didukung mayoritas NU daerah untuk jadi Rais Am akan diganjal dengan mekanisme Ahwa. Karena kalau yang memilih langsung oleh daerah, beliau bisa terpilih. Maka jangan heran kalau segelintir pengurus dan pihak tertentu sekarang getol golkan mekanisme Ahwa walau ditentang daerah.

Lalu kenapa KH Hasyim Muzadi dijegal? padahal NU maju pesat di masa beliau? itu karena beliau tidak mau kompromi dengan kelompok-kelompok tertentun yang ingin memanfaatkan NU dan memasukkan paham lain yang bertentangan dengan paham Aswaja NU, sebut saja paham liberal, syiah, dll. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun