Mohon tunggu...
Cak Patto Made Ozawa
Cak Patto Made Ozawa Mohon Tunggu... -

Wong Magetan Dolanan Internet Ben Podo Koncone

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

SEJARAH LUDRUK JAWA TIMUR

5 Juni 2014   05:55 Diperbarui: 4 April 2017   17:21 30310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tentunya bukan hanya Kartolo yang menjadi legenda ludruk. Ada nama-nama lain seperi Cak Durasimn, Agus Kuprit, Sidik, Ning Lasiana, Markeso, Bawong SN dan Umi Kulsum. Bahkan nama yang terakhir ini memperoleh penghargaan Khusus dari Imam Oetomo, Gubernur Jatim atas pengabdiannya di dunia Ludruk. Nenek yang menginjak usia 85 tahun ini telah lebih dari 55 tahun mengabdikan diri sebagai seniman ludruk. 46 tahun diantaranya dilewati bersama siaran ludruk RRI Surabaya. Meski tidak tamat dari sekolah rakyat, atas kesetiannya bersama ludruk RRI, Umi Kulsum diangkat menjadi pegawai negeri dengan pangkat golongan II A pada tahun 1981 oleh Ali Murtopo, Menteri Penerangan saat itu. Sampai kini, meskipun jumlahnya relatif sedikit dan dalam kondisi yang cukup memprihatinkan, masih ada beberapa kelompok ludruk yang berkembang di Surabaya, Malang, Jombang, dan sekitarnya, yang tetap aktif mengadakan pertunjukan, termasuk grup Cak Kartolo Cs.
Saat ini kita masih menunggu munculnya grup-grup ludruk baru yang akan menghidupkan kembali kejayaan kesenian ludruk. Atau setidaknya kita masih mengingat nama-nama legendaris seperti Ludruk Brata, Ludruk Dradjit, Ludruk Budi Utama, Ludruk Tjoleke, Ludruk Kolekturan, Ludruk Budidojo, Ludruk Karen, Ludruk Bakri, Ludruk Murba, Ludruk Drais Ludruk Banteng Marhaen, Ludruk Suluh Marhaen, Ludruk Marhaen Muda, Ludruk Duta Masa, Ludruk Arum Dalu, Ludruk Putra Bahari, Ludruk Odadi Kari, Ludruk Marhaen, Ludruk Tresna Enggal, Ludruk Mari Katon, Ludruk Massa, Ludruk Sari Rukun, Ludruk Irama Enggal, Ludruk Massa Rukun, Ludruk Panca Bakti, Ludruk Djoko Muntjul, Ludruk Sido Dadi Slamet, Ludruk Mulya Kuntjara, Ludruk Aliran Baru, Ludruk Nusantara, Ludruk Bond Malang Selatan, dsb. Yang tersebar di Jombang, Malang, Surabaya dan sekitarnya.

Ludruk sebagai laboratorium kearifan
Proses hidup manusia sering diwarnai dengan serba kebetulan, aksidential, tidak selalu bisa direncanakan dengan akal sehat sebagaimana ajaran kompetisi hidup dalam filosofi kapitalisme dan modernisasi yang menggurita saat ini. Dan ajaran terbaik dari ludruk Kartolo adalah bagaimana menyikapi hidup dengan kesederhanaan, bukan dengan pongah dan penuh nafsu. Contohnya adalah dalam salah satu lakonnya, Ratu Cacing Anil, di mana Kartolo berperan sebagai Prabu Minohek. Sebagai penguasa dan orang yang memiliki berbagai kasekten dan keistimewaan, ternyata Prabu Minohek hanyalah mimpi. Prabu Minohek hanyalah dagelan, ia sering bukan merupakan realitas yang diperankan manusia sesungguhnya. Prabu Minohek hanyalah segumpalan arogansi untuk menguasai segala sesuatu, sementara dirinya sendiri tidak tahu bahwa itu semua hanyalah angan-angan. Ngglethek itu hanya mimpi.

Menurut Dr. Sindhunata, budayawan serba bisa kelahiran Kota Batu, dalam bukunya berjudul Ilmu Ngglethek, Prabu Minohek. Mengupas kiprah dan sosok grup ludruk Kartolo Cs yang sudah tak asing lagi di Jawa Timur, dari sudut pandang perjalanan kehidupannya dengan gaya features.
Ilmu ngglethek adalah kesimpulan Sindhunata setelah menafsir gagasan dan banyolan Kartolo Cs, baik atas pencermatan lakon yang dipentaskan maupun dari jula-juli yang didendangkan. Ilmu ngglethek merupakan cermin akhir segala perjalanan kehidupan manusia. Dalam berbagai cita-cita dan harapan, manusia sering diperhadapkan dengan suatu kebetulan yang sering terjadi begitu saja. Proses hidup manusia sering diwarnai dengan serba kebetulan, aksidential, tidak selalu bisa direncanakan dengan akal sehat sebagaimana ajaran kompetisi hidup dalam filosofi kapitalisme dan modernisasi yang menggurita saat ini. Dan ajaran terbaik dari ludruk Kartolo adalah bagaimana menyikapi hidup dengan kesederhanaan, bukan dengan pongah dan penuh nafsu. Ilmu ngglethek merupakan cermin akhir segala perjalanan kehidupan manusia. Dalam berbagai cita-cita dan harapan, manusia sering diperhadapkan dengan suatu kebetulan yang sering terjadi begitu saja.
Ludruk memberikan pelajaran kepada kita mengenai bagaimana menjalani kehidupan dengan sederhana, tidak neko-neko. Dan ini bukan bentuk eskapisme atas perjalanan hidup yang dirasakan makin berat, sebuah eskapisme yang mengarah pada fatalisme dan hanya menunggu keajaiban dari langit. Namun, memang itulah inti kehidupan, hidup sederhana bukan berarti hidup tanpa kerja keras, tidak neko-neko juga bukan berarti hidup tanpa cita-cita. Ada saat-saat bagaimana kita harus arif memperlakukan kehidupan secara wajar dan sesuai dengan kapabilitas dan kemampuan kita.
Bermain ludruk adalah media pembelajaran untuk memahami seandainya aku menjadi orang lain. Menjadi orang lain hanya bisa dilakukan dengan bermain sandiwara. Sandiwara yang baik membutuhkan penghayatan peran yang mendekati karakter yang diperankan, sehingga memahami bahwa tidak mudah menjadi orang lain. Akhirnya sangat menyadari bahwa mengetahui diri sendiri dan memainkan diri sendiri dengan baik adalah tujuan utama seorang manusia. Tetapi pernah menjadi orang lain terutama yang kontroversial dengan watak asli tidak dapat diajarkan, tetapi harus dialami sendiri (di lewati). Bermain ludruk merupakan sarana untuk itu.

Ludruk sebagai media bertutur sudah berhasil menempatkan posisinya dalam kehidupan masyarakat. ludruk telah memperlihatkan peranan dalam membangun sebuah forum sosial politik yang penting dan memberikan komentar atas isu-isu sosial, kekuasaan, otoritas, dan identitas lokal sebuah masyarakat pada suatu periode tertentu. Ludruk dipandang sebagai dinamika yang secara efektif membangkitkan anggapan-anggapan yang mendasar yang terdapat dalam pandangan dunia pendukungnya.
Berbagai ekspresi masyarakat yang dinyatakan dalam tradisi lisan memang tidak hanya berisi cerita dongeng, mitologi, atau legenda seperti yang umumnya diartikan, tetapi juga mengenai sistem kognitif masyarakat, sumber identitas, sarana ekspresi, sistem religi dan kepercayaan, pembentukan dan peneguhan adat-istiadat, sejarah, hukum, pengobatan, keindahan, kreativitas, asal-usul masyarakat, dan kearifan lokal mengenai ekologi dan lingkungannya. Pengungkapan kelisanan tersebut disampaikan terutama dengan mengandalkan faktor ingatan.

Ludruk setidaknya dapat tersimpan dalam ingatan masyarakatnya dan menjadi tidak saja “living memories”, tetapi juga “living traditions” yang dapat melintasi batas waktu melalui penuturan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Lintas waktu dan lintas generasi ini menandakan bahwa ingatan mampu merekam berbagai ekspresi. Dan akhirnya, ludruk harus segera berubah. perubahan yang lebih maju, lebih kekinian, perubahan yang dapat merefleksikan dahulu dan kini. Karena perubahan adalah bukti kehidupan. jadi tidak perlu takut dengan perubahan. Sebuah perubahan akan terjadi kalau suatu komunitas menghendakinya. Kalau usul saya, pemerintah propinsi Jawa Timur harus mengeluarkan keputusan bahwa di setiap SMA dan Perguruan TInggi di Jawa Timur diwajibkan mempunyai kegiatan kesenian ludruk. Dan di setiap tahun di adakan Festival Ludruk se-Jatim, tentunya harus di liput di semua media cetak dan televisi secara besar-besaran. Karena saat ini, media cetak dan televisi sangat berperan dalam mempopulerkan sesuatu atau seseorang. Mengutip kata-kata seniman popart Andy Warhol, “In the future everyone will be world-famous for 15 minutes”.
Dengan segala usaha dan doa kita semua berharap kesenian ludruk masih tetap ada dan mungkin suatu saat nanti akan kembali besar. Semoga
…”yu..painten kleleken jendelo, cekap semanten gacoran kulo”…
(sonny bdoors, ludruk lovers)/artikel diambil dari berbagai sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun