Mohon tunggu...
Lyfe

Sumpah Pemuda: Momentum Menghidupkan Aksi

29 Oktober 2016   10:54 Diperbarui: 30 Oktober 2016   15:44 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aksi event organizer ini hanya terbuang sia-sia, yang penting untung secara materi banyak mereka dapatkan. Memprihatinkan. Inti dari itu semua adalah bagaimana kita menghidupkan aksi itu agar penikmatnya terngiang di pikiran mereka tentang pentingnya sebuah nilai-nilai perjuangan. Dan selanjutnya akan ada aksi-aksi lain yang dipelopori oleh pemuda diluar setelah momen indah ini.

Saya jadi teringat ketika founding father Muhammadiyah, K.H Ahmad Dahlan mengajarkan surat al-maun kepada santri-santrinya. Ketika itu santri beliau mulai bosan karena hanya surat itu saja yang diajarkan. Hampir 3 bulan lamanya. Mereka sudah hafal, bahkan faham makna di dalamnya. Dan singkat cerita, para santrinya pun menyuarakan kebosanan mereka kepada beliau. Beliau sengan santai menjawab, “apakah kalian sudah melakukan kandungan isi dari surat ini dalam kehidupan sehari-hari kalian, nak?”. Santrinya pun hanya tertunduk sembari merenung memikirkannya.Yah, sudah bisa diambil maknanya bahwa setiap ilmu itu harus berbekas dalam pikiran dan kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Pengejawantahan kepada  masyarakat lain yang dibutuhkan, agar mereka tersadar. Ilmu, iman, dan amal. Ilmu amaliyah dan amal ilmiyah harus tetap ada. Bukan setelah usai aksi, lalu dilupakan bergitu saja. Usai aksi lalu kembali kepada rutinitas yang bersifat merusak dan sia-sia saja. Coba renungkan!

Muncul pertanyaan baru, apakah masyarakat juga ikut merasakan momen sumpah pemuda ini? yang saya maksud adalah semangat daya juangnya. Terutama pada masyarakat kecil dan terpinggirkan. Apakah aksi yang pemuda lakukan sudah mereka rasakan? Dan apakah masyarakat kecil ini juga ikut terbakar semangatnya dengan adanya beragam aksi tadi? Mereka ini golongan yang butuh disadarkan dan diberdayakan. Agar momen ini bisa lebih massif di semua kalangan. Komentar mereka, “makan saja susah, la kok ikut-ikut yang seperti itu”. Hei bung! Mereka ini juga butuh disadarkan. Sentuh rakyat kecil untuk membangun semangatnya, hajat hidup kedepannya kelak. Maka muncullah gerakan pemberdayaan masyarakat, namun masih sedikit saja pergerakan itu. Sisanya hanya kegiatan-kegiatan untuk mendobrak eksistensi dan citra belaka.

Maka harus mulai tumbuh pemikiran-pemikiran yang dapat mendobrak kinerja pemuda yang jauh dari hakikatnya ini. aksi bukan sekedar aksi. Harus sampai pada esensi. Semua elemen harus merasakannya. Tidak terkecuali bagi masyarakat yang belum sadar akan inti dari momentum ini. sehingga masyarakat hanya jadi penikmat yang dibodohi oleh embel-embel “sumpah pemuda” yang kalian jual. Mari kembali kepada khittah perjuangan sumpah pemuda yang sebenar-benarnya.

Surabaya, 28 oktober 2016

Atas nama pemuda yang rindu dengan romantisme perjuangan masa lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun