Seperti yang sudah saya jelaskan pada artikel-artikel sebelumnya, energi merupakan salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Dimana kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan akan energi untuk kelangsungan kehidupan umat manusia mulai dari kebutuhan industri, transportasi, hingga kebutuhan rumah tangga. Berbicara tentang energi tidak lepas dari energi fosil (minyak dan gas bumi) yang hingga saat ini menjadi pemain utama dari kebutuhan energi di dunia dan tidak terkecuali juga di Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, permintaan akan energi terutama minyak solar atau diesel di Indonesia cenderung terus meningkat. Sehingga dengan meningkatnya kebutuhan ini mengakibatkan Indonesia masih harus impor minyak tersebut. Melihat ketergantungan yang sangat tinggi dari minyak impor ini, sudah saatnya Indonesia mengkaji pemanfaatan gas khususnya LNG (Liquefied Natural Gas) sebagai sumber energi yang lebih murah, aman dan ramah lingkungan untuk menggantikan bahan bakar minyak, solar atau diesel.
LNG sendiri memiliki karakter yang mendekati karakter solar. Penggunaan LNG sangat cocok diaplikasikan pada alat berat atau heavy duty truck dibanding Compressed Natural Gas (CNG) karena seperti yang kita ketahui alat berat dan heavy duty truck membutuhkan energi besar dalam pengoperasiannya. Namun LNG membutuhkan tangki penyimpanan besar dan berat, sehingga pada saat ini baru heavy duty truck yang dianggap cocok menggunakan LNG. Untuk diketahui lebih lanjut bahwa tangki LNG terbuat dari logam khusus yang dapat menahan tekanan tinggi, tekanan maksimum pada tangki LNG mencapai 20 MPa, alias sekitar 45x tekanan ban mobil pada umumnya.
"Indonesia kaya akan minyak dan gas", mungkin itu sebuah kalimat yang sudah menjadi mindset banyak orang Indonesia saat ini. Padahal pada kenyataannya tidaklah demikian. Untuk cadangan gas alam sendiri, Indonesia menempati posisi ke-14 dalam hal cadangan gas alam terbukti atau proved natural gas reserves (Data dari BP Statistical Review).Â
Dari fakta tersebut, mungkin kita berpikir bahwa Indonesia termasuk kaya akan gas. Namun, menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, menunjukkan bahwa terdapat defisit antar Supply dan Demand gas alam di Indonesia, yang berarti Supply gas alam di Indonesia lebih kecil daripada kebutuhan di Indonesia akan gas alam itu sendiri (Kementerian ESDM, 2012). Sehingga kedepannya konsumsi gas alam di Indonesia akan semakin meningkat yang akan mengakibatkan demand gas alam semakin meningkat.
Bila kita bandingkan dengan negara Malaysia, produksi gas alamnya jauh melampaui konsumsi gas alamnya. Pada tahun 2012, Malaysia memproduksi sekitar 2,1 juta barrel per hari dan hanya mengkonsumsi sekitar 1,1 juta barrel per hari.
Dengan fakta yang telah dipaparkan di atas dan dengan menyadari bahwa gas alam merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui dan akan habis nantinya bila diproduksi secara terus menerus, maka perlu kita diskusikan ulang orientasi pemanfaatan gas alam ini.