Sementara, materi ketiga dibawakan pak Emcho seusai duhur dan makan siang. Materi “Menulis Buku Untuk Warisan” dibawakan Pak Emcho dengan jenaka, sehingga hadirin begitu antusias. Pak Emcho juga mengenalkan Multiple Writing, sebuah trik menghasilkan karya secara maksimal sekaligus laris di pasaran. Melalui semboyan “Menulis atau Mati” (write or die !),Pak Emcho menggugah kesadaran hadirin bahwa menulis adalah sebuah kewajiban dan keharusan. Jika tidak ditunaikan, dosalah yang menjadi akibatnya.
Selain mendapatkan materi tentang menulis, satu hal yang juga tidak kalah pentingnya dari agenda Kopdar IV adalah bertemu dengan para penulis dari seluruh penjuru Indonesia, bahkan ada yang datang dari Malaysia dan Arab Saudi. Waktu sehari sepertinya tidak cukup untuk membincang dan berukar pengalaman dengan sesama pegiat literasi. Acara-acara seperti kopdar SPN inilah yang dapat menginjeksi semangat dan membakar kembali gairah untuk terus menulis dan semakin produktif.
Senja menyapa ketika acara telah purna. Dengan mendapat tumpangan dari Pak Emcho, saya menuju terminal. Di perjaanan saya membayangkan tantangan cukup ‘berani’ yang di lontarkan Pak Emcho di penghujung acara. Bahwa Kopdar IV ini harus dijadikan pijakan untuk menulis buku Solo dua-tiga buku. Sehingga ketika sampai Kopdar V di bulan Oktober nanti, dan jika seluruh anggota SPN bisa hadir semua, akan ada sekitar 100an buku baru diluncurkan. Sungguh, gaung SPN akan gempar. Semoga !