Gagasan mengkampanyekan bersepeda ke kantor suatu gagasan yang cerdas. Meski selama ini masih ada beberapa pihak yang mencibir gerakan ini. Tentu dengan beragam argumentasi. Ngapain bersepeda ke kantor, di tengah hiruk-pikuk kesemrawutan lalu lintas di Jakarta atau kota-kota besar lainnya. Saya malah pernah mendengar ada yang bilang, bersepeda ke kantor itu kayak bunuh diri, menghirup udara polusi lebih banyak dibanding pengendara lain, sepeda motor misalnya. Toh cibiran itu tak membuat surut gerakan ini. Justru kian hari, komunitas ini makin besar dan berkembang hingga ke penjuru nusantara. Tak hanya itu, gerakan B2W ini mampu menggerakkan bola salju hobi sepeda. Semua orang pasti mengakui, sudah beberapa tahun belakangan ini, tren sepeda terus berkembang dan tak ada tanda-tanda menurun. Orang masih senang bersepeda, entah sebagai sarana olahraga, rekreasi, atau justru sebagai sarana transportasi. Sayangnya, fenomena sepeda ini tumbuh di negeri yang pengelolanya tak peduli bahkan tak bisa melihat kejadian di sekelilingnya. Andai saja, pengelola negeri ini bisa menangkap fenomena ini, tentu beban jalan-jalan di Jakarta tak terlalu berat seperti sekarang ini. Beban subsidi premium yang diemban pemerintah pun bakal berkurang. Dan bisa jadi tingkat polusi di kota-kota besar akan menurun. Nyaris tak ada upaya pemerintah untuk mendorong warganya menggunakan transportasi ramah lingkungan ini. Kalau toh diberi jalur sepeda, hanya basa-basi dan setengah hati. Lihat saja di Jakarta yang hanya diberikan jalur sepeda tak lebih dari 2 kilo. Itu pun di setiap potong jalan dipakai untuk parkir mobil dan itu tak ada tindakan apa-apa dari petugas. Saya sendiri pesimis Jakarta akan punya jalur sepeda, dengan penguasa seperti sekarang ini. Bagi saya, ada atau tidak ada jalur sepeda, saya akan tetap bersepeda ke kantor sepanjang saya masih mampu. Karena, bersepeda ke kantor bukan hanya upaya memilih transportasi tramah lingkungan. Tapi saya mendapatkan sesuatu yang lebih dibanding saya naik mobil, motor, atau angkutan umum. Saya bisa berolah raga, tanpa harus menyisihkan waktu khusus. Saya bisa menikmati gang-gang di Jakarta. Merasakan denyut nadi kehidupan Jakarta yang penuh warna. Dan yang juga penting, saya punya sahabat-sahabat sejati para pesepeda dimana saya bisa saling ejek, bercanda, hingga berkeluh kesah tanpa ada batas. Dirgahayu B2W Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H