Mohon tunggu...
Sukrisna Kasnawihardja
Sukrisna Kasnawihardja Mohon Tunggu... -

ayah seorang anak yang suka bersepeda.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasib Pak Tani

21 Desember 2009   08:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:50 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua pria itu duduk di pematang. Hari telah terik. Tapi keduanya tak terusik. Karena  asa yang nyaris sirna.

Mulai esok hari, cuaca bakal ektrim. Itulah ramalan BMG (http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/12/21/13110917/cuaca.ekstrem.di.indonesia.mulai.besok). Ya, siap-siap deh. Siang panasnya ekstrim, sore sebaliknya. Hati-hati bagi yang punya anak kecil.

Cuaca ekstrim sebagian dari gejala perunahan iklim yang melanda global. Musim hujan yang datang tanpa bisa diprediksi. Kemarau yang mendadak memperpanjang diri. Gak jelas, apa maksudnya. :) Sumur pun mulai kekeringan. Warga berlomba-lomba mendalamkan pipa. Dari yang semula 20 meter, 30 meter, 40 meter, menjadi 50 meter. Hmmm...

Toko AC juga jadi laris manis ketika kipas angin atau kipas kertas tak mampu mengusur gerah itu. Dokter juga panen pasien, pabrik es menambah kapasitas. Tren busana pun giliran yang  irit bahan. Duh senangnya bagi si mata telanjang eh keranjang.

Cuma sebenarnya yang paling menderita adalah petani. Seperti dua pria di atas. Petani di kecamatan Cawas, Klaten ini begitu was-was padi yang ditanamnya akan mati sia-sia. Pasalnya sejak ditanam, sawah mereka tak bisa diairi. Hujan yang semula rutin datang, sudah sebulan ini berhenti.  Padahal ketika habis ditanam, padi perlu air banyak. Sementara kondisi sekarang justru sebaliknya. Sawah pun mulai merekah. Padi pun menguning sebelum berbuah.

Bakal gagal penen pun sudah menghantui wajah mereka. Akibatnya, panen yang diperkirakan Februari mendatang tak bisa diharapkan. Untuk Anda yang buka petani, bersiaplah harus membayar beras dengan harga tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun