Seraut wajah teduh itu sekelebat lewat di depan mata. Ketika saya sedang merangkai kata. Saya baru tersadar, sudah sebulan ini tak menengok pusaramumu. Ibu kangen? Mungkin iya. Kangen dengan doa anaknya. Saya pun terpaksa membatalkan banyak janji. Gagal menemani si anak menonton Avatar. Istri pun terpaksa pergi sendiri ke resepsi pernikahan tetangga. Kecewakah mereka? pasti. Tapi saya tak peduli. Kerinduanku pada ibu telah mengalahkan segalanya. Karena ketika di depan pusaramu, aku merasa damai. Seperti kedamaian ketika dulu kau mendekapku. Ibu.... Maafkan Aku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H