Mohon tunggu...
Kamaluddin
Kamaluddin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa Pasca Sarjana Ekonomi Trisakti dan Sekertaris Wilayah Forum Santri Nasional Sulawesi Tenggara

Memanusiakan Manusia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ujian Nasional "Masih" Dibutuhkan?

1 Desember 2019   11:29 Diperbarui: 1 Desember 2019   11:27 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem pendidikan di Finlandia berhasil menciptakan siswa-siswi yang kreatif dan inovatif, sehingga alangkah baiknya indonesian harus berani untuk mencoba keluar dari kebiasan lama yakni memberikan standarisasi penilaian kepada siswa, sebab hal tersebut akan membebani siswa terutama siswa yang ada didaerah-daerah terpencil di indonesia. Pendidikan di indonesia harus bisa membuat siswa merdeka sehingga para siswa bisa dengan leluasa memunculkan kreatifitas dan inovatifnya.

Melihat pendidikan di indonesia yang memiliki tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan berkompetensi mengejar nilai yang tinggi. Sehingga pendidikan bisa melahirkan generasi bangsa yang kreatif dan inovatif.

Berangkat dari hal tersebut maka bisa dikatakan wacana menteri pendidikan yang baru untuk menghapus atau mengkaji ulang ujian nasional dalam sistem pendidikan di indonesian sangat tepat, akan tetapi pemerintah juga harus mempersiapkan sebuah sistem yang baik sebagai pengganti ujian nasional jikalau ujian nasional diputuskan untuk dihapus dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Sistem yang baru yang akan dibuat sebagai penganti dari ujian nasional harus bisa melahirkan peserta didik yang memiliki kreatifitas dan inovatif sehingga mampu bersaing dalam dunia kerja.

Sistem yang baru juga harus bisa menjawab tantangan dunia internasional dan mengikuti kemajuan teknologi, dan yang paling terpenting adalah sistem yang baru harus memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk bekreasi sesuai dengan kemampuan dan minat para peserta didik itu sendiri sehingga membuat peserta didik tidak terkungkung dengan nilai yang selama ini menjadi momok bagi mereka. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun