Alhamdulillah, penulis berkesempatan berkunjung ke Masjid Jami’ Kutaringin, sebuah masjid kuno berumur lebih dari 300 tahun di Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Pada mulanya adalah surau yang didirikan Kyai Gede pada masa Pangeran Antakusuma, pemimpin pertama Kesultanan Kutaringin (Kotawaringin). Kyai Gede sendiri merupakan mangkubumi atau patih atau perdana menteri sekaligus seorang ulama penyebar agama Islam. Pada masa kepemimpinan raja VII (1069H-1116H atau 1727-1761M), Gusti Sultanul Baladuddin bergelar Pangeran Ratu Begawan, surau tersebut dipugar menjadi Masjid Jami’ Kutaringin. Konstruksi bangunan terbuat dari kayu ulin yang kokoh. Bertipe bangunan panggung, umumnya bangunan tradisional di kultur lingkungan yang dipengaruhi pasang surut air dan rawa. Pola bangunan simetris dengan 3 atap berundak, mirip masjid kuno Kesultanan Paser (Kerajaan Sadurengas) di Kalimantan Timur yang penulis pernah kunjungi.
Pintu masjid ada 2 buah di sisi bekakang, dengan pola simetris dengan sedikit ornamen ukiran.
Jendela berpori tanpa daun jendela, terdapat di semua sisi bangunan termasuk di bagian dinding atap untuk sirkulasi udara.
Terdapat sebuah bedug ukuran sedang yang digantung di anjungan belakang masjid. Mungkin ini dulu dipakai untuk ruang jamaah wanita atau ruang pembelajaran agama.
Tiang-tiang masjid yang terdiri atas batang besar kayu ulin. Terkesan kokoh tahan melewati masa dan musim.
Mihrab dan mimbar yang dihiasi dengan ornamen ukiran kayu.
Langit-langit masjid yang menyediakan sirkulasi udara dan pasokan cahaya matahari.
Halaman belakang masjid, sebuah panggung kayu di tepat di bibir sungai Lamandau.
Bagunan kayu berlantai dua di samping Masjid Kyai Gede, termasuk bangunan kuno. Kini dipakai sebagai sekolah Islam Madrasah Tsanawiyah Najmul Huda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H