Mohon tunggu...
Cak Idur
Cak Idur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hobi membaca dan menulis. Tertarik dengan ICT, pertahanan, teknik, dan sosio-ekonomi.. Ngeblog juga di www.cakidur.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makam Kyai Gede, Makam Keramat di Kotawaringin

27 Maret 2014   08:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:24 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makam Kyai Gede

Kyai Gede adalah tokoh legendaris daerah Kotawaringin Barat di mana makamnya banyak diziarahi oleh masyarakat. Beliau penyebar agama Islam pertama di tempat tersebut yang bermukim lebih dahulu daripada pendiri pertama Kerajaan Kutaringin (Kotawaringin) Pangeran Antakusuma. Di kemudian hari pada masa Pangeran Antakusuma mendirikan Kerajaan Kutaringin, Kyai Gede diangkat sebagai Mangkubumi atau Perdana Menteri. Pangeran Adipati Antakesuma merupakan putra dari raja IV Kesultanan Banjar, Sultan Musta’inubillah (bertahta1650-1678). Asal-usul Kyai Gede ada 3 versi yang berbeda-beda. Versi pertama didasarkan atas pendapat Lontaan dan Sanusi yang menyatakan bahwa Kyai Gede adalah seorang Muslim yang ditemukan terikat pada sebatang pisang pada saat pembangunan kerajaan Kutaringin. Oleh kepala suku Dayak Laman ditolong dan dirawat. Karena sikapnya yang mengerti tata tertib dan sopan santun, rakyat sangat tertarik untuk memeluk agama yang dianutnya. Selain pengetahuan agama, Kyai Gede juga mengajarkan ilmu pengetahuan perang karena beliau merupakan kyai dan pahlawan dari Majapahit. Ketika Pangeran Adipati Antakusuma mendarat di tepi Sungai Lamandau, Kyai Gede ikut menemuinya bersama dengan Demung Tujuh Bersaudara. Versi kedua menurut legenda rakyat, pada waktu rombongan Pangeran Adipati Antakesuma mendarat di tepi Sungai Lamandau, mereka didatangi oleh rombongan Demang Tujuh Bersaudara dan Kyai Gede. Setelah kedua pihak berperang dengan kemenangan di pihak Pangeran Adipati Antakesuma, mereka sepakat mengangkat Pangeran Adipati Antakesuma sebagai raja. Kyai Gede, Demang Akar dan anaknya  Sagar masuk agama Islam. Demang Akar dan Sagar masing-masing berganti nama menjadi Demang Silam dan Selamat. Sementara keenam demang lainnya berpindah ke darat atau pedalaman Kutaringin. Menurut cerita versi ini, Kyai Gede tidak lain adalah Kyai Gade putra asli Kutaringin, bukan berasal dari Demak atau Majapahit. Dari catatan sejarah, Kyai Gade dan Pangeran Adipati Antakesuma keberadaannya tidaklah sezaman. Jika cerita versi pertama benar maka Kyai Gede memang hidup pada abad ke-16 (tahun 1595M) sedangkan Pangeran Adipati Antakesuma mendirikan kerajaan Kutaringin pada abad ke-17 pada tahun1679 (pendapat Lontaan dan Sanusi). Versi ketiga menurut Nahan menyatakan bahwa Kyai Gede berasal dari Kesultanan Demak dan masuk ke Kutaringin pada tahun 1595. Menurut cerita ini Kyai Gede bernama asli Abdul Qadir Assegaf yaitu seorang ulama dari Demak. Karena sikapnya yang membangkang akhirnya diusir dan dibuang oleh Kesultanan. Kyai Gede dan pengikutnya dilarang melakukan peperangan di hari Jumat oleh Sultan Demak. Namun  perintah raja tidak diindahkan Kyai Gede dan pengikutnya. Ketika melakukan peperangan, pasukannya kalah. Akhirnya dia harus menanggung konsekuensinya, dihukum dengan cara diasingkan dari kerajaan dan akhirnya terdampar di kerajaan Banjar setelah sebelumnya sempat melalui Gresik. Pada masa itu Kerajaan Banjar di bawah kekuasaan Pangeran Suriansyah yang sebelum masuk Islam bergelar Pangeran Suryanata. Oleh Pangeran Suriansyah, Kyai Gede dengan didampingi Khatib Dayan diutus untuk menyebarkan Islam ke Kutaringin Barat, kala itu tahun1595M. Dengan pengikut tak kurang dari 40 orang disertai Khatib Dayan, berangkatlah Kyai Gede menyusuri sungai Arut hingga ke pedalaman sungai Lamandau dan Balantik, Nanga Bulik, Sukamara. Dalam perjalanan menyebarkan agama Islam, akhirnya Kyai Gede bertemu dengan Pangeran Adipati Antakesuma putra dari Sultan Musta’inubillah, raja Kesultanan Banjar. Selanjutnya berdirilah kerajaan Kutaringin dengan Kyai Gede sebagai Mangkubumi pertama dengan gelar Adipati Gede Ing Kutaringin mendampingi Pangeran Adipati Antakesuma.

Pohon Kedondong Keramat

Pohon kedondong tua di kompleks makam Kyai Gede, konon pohon tersebut juga keramat. Buah kedondongnya besar-besar dan ketika berbunga bisa berbau harum maupun busuk.

Batu Ikan Belida

Tak jauh di bawah pohon kedondong tua, ada situs Batu Ikan Belida. Legenda Batu Ikan Belida sangat erat kaitannya dengan hikayat kedatangan Kyai Gede di Kutaringin.

TK dan TPA Kyai Gede

Di dalam kompleks makam Kyai Gede terdapat sekolah TK Kyai Gede dan Taman Pendidikan Al-Qur’an.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun