Munculnya narasi Jokowi dari Solo kemudian dengan bim salabim jadi presiden bukanlah tanpa by design. Ini proyek "konsultan politik" yang sempurna, dan menurut saya tak ada yg menandinginya di republik ini.
Jokowi dihadirkan sebagai antithesis SBY yang ganteng dan militer. Penulis naskah dan sutradara sangat faham betul akan kecendrungan market saat itu yg sedang kecewa berat terhadap SBY. Dan taraaa.... Jokowi pun jadi presiden. Sekali lagi....sempurna....
Memang Jokowi berbeda dengan SBY dalam banyak hal. SBY adalah penulis naskah, sutradara plus merangkap aktor di panggung. Sedangkan Jokowi hanya sebatas aktor yang menjalankan naskah cerita yang dibuat dan sekaligus di guide sutradara. Pertanyaannya, siapakah penulis naskah dan sutradara itu? Apakah Megawati? Menurut saya bukan sama sekali. Karena Mega adalah bagian dr cerita panggung- kalau meminjam istilah Gun Gun Heryanto; "opera sabun" dari Jokowi.
Lalu kisruh yang terjadi dalam beberapa hari ini mulai saat pencalonan Budi Gunawan sampai penggelandangan Bambang Wijayanto oleh Mabes Polri apakah masih dalam cine yang sama? Menurut saya Iya. Kisruh ini menurut saya masih bagian dari big project "Jokowi" (baca: orang di belakang Jokowi).
Sejak Jokowi menjadi presiden, konon Megawati terlalu mengkouptasi Jokowi sehingga orang-orang dibalik Jokowi merasa terganggu dan tak senang. Ingat bahwa Jokowi bukan ujug-ujug menjadi presiden, tapi sejak dari Solo ia ada yg mendrive? Ada penulis naskah dan sutradara dan mungkin penata gaya di sana.
Jadi munculnya Budi Gunawan yang sangat identik dengan Megawati yang berujung pada kisruh Polri vs KPK hari ini adalah episode lanjutan dari orang-orang dibalik Jokowi. Mungkin ada yang bilang Jokowi mukul nyilih tangan, mungkin bisa jadi iya. Tapi menurut saya orang di balik Jokowi (saya tak bilang Jokowi, karena bagi saya ia hanya aktor) sedang menyodok bola billyard dengan spin shot dan multi target. Sekali sodok ada 2-3 bola yang masuk lubang.
Orang yang mendesign Jokowi dari Solo ke Jakarta, lalu ke RI satu pasti punya tujuan politik. Tentu tujuan politik itu tak mau di otak-atik oleh orang lain, termasuk Megawati yang sekarang dianggap terlalu mengkouptasi atau KPK yang potensial bisa menjadi anasir.
Dengan dipaksakannya Budi Gunawan yang diberi raport merah dan sangat identik dengan Megawati, maka publik akan gampang menjudge Megawatilah dibalik semua ini. Publik akan semakin membenci Megawati karena dianggap biang masalah dari kisruh yang terjadi. Maka Megawati secara pelan dan pasti mengurangi kungkungannya terhadap Jokowi.
Skenario pencapresan Jokowi mungkin bisa jadi berulang saat kongres PDIP mendatang. Hasil survey  menghendaki Jokowi menjadi ketua umum, kemudian Megawati terpojok? Who know?
Dengan ditetapkannya Budi sebagai tersangka maka polisi menyerang balik KPK dengan menetapkan Bambang Wiyanto sebagai tersangka. Bisa jadi berlanjut kepada Samad yang dijadikan tersangka. Nanti DPR punya alasan kuat untuk melemahkan KPK atau bahkan membubarkannya.
Tadi Jokowi komperensi pers, dan publik yang sudah menunggu solusi kongrit dan tegas dari presiden agar kisruh Polri vs KPK segera selesai ternyata harus menelan pil pahit, semua kecewa. Karena pidato Jokowi malah normatif, tidak tegas, dan mengambang. Yang perlu difahami sekali lagi, Jokowi bukan SBY, ia hanya aktor. Dan karena kelemahan-kelemahan itulah ia dipilih menjadi aktor.
Pertanyaan besarnya, siapakah dibalik itu semua? Wallahu a'lam.
Kita hanya bisa berharap Jokowi belajar dengan cepat. Ia tidak lagi menjalankan cerita dari plot-plot sang sutradara. Akan tetapi membuat dan menjalankan ceritanya sendiri dan rakyat sebagai referensi utamanya. Â Karena bagaimana pun ia presiden bangsa Indonesia yang besar ini. Yang harus melayani lebih dari 250juta rakyat Indonesia. Bukan melayani partai, apalagi melayani segelintir orang yang mendrive-nya selama ini.
Pamulang, 23 Januari 2015
#SaveKPK
Abdul Hamied
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H